Pages

Total Pageviews

Saturday 21 December 2013

Hidup Itu Pilihan

Pernahkah terbersit di pikiranmu saat anda sedang sendiri di suatu tempat, pikiran yang giba-tiba saja datang menyergapmu membuatmu berpikir “siapa saya sebenarnya?”

Jujur, saya juga pernah seperti itu, mungkin sering entah kenapa. Saya merasa seperti seorang yang tak punya jati diri, tak punya pendirian yang hanya ikut-ikut teman dalam melakukan sesuatu. Seseorang yang penuh dengan kesendirian walau di sekelilingnya begitu ramai dengan hiruk pikuk manusia-manusia yang berlalu lalang tapi pikiran kita melanglang buana entah kemana. Siapa saya? Apa yang saya lakukan disini? Mau jadi apa saya? Apakah saya bisa? Apa saya mampu? Apa saya bisa bertahan?

Hidup itu pilihan sebetulnya kalau menurut saya ada dua pilihan, apakah anda ingin menjadi seorang yang biasa-biasa saja tak melakukan sesuatu hal yang berguna atau anda ingin menjadi seseorang yang berguna untuk siapapun.

Saya masih remaja, beranjak dewasa. Begitu banyak hal yang tiba-tiba datang menyergap pikiran. Begitu banyak pemikiran yang tak bisa dijawab oleh saya lalu hanya saya tinggalkan begitu saja karena saya anggap itu tak penting. Saya adalah orang kelewat santai yang jujur saya menyadari itu adalah sifat yang merugikan untuk diri saya sendiri. Saya bisa serius jika memang itu benar-benar menarik perhatian saya, jika tidak maka susah sekali saya untuk serius walau secara tiba-tiba pikiran tadi pun muncul kembali yang membuat saya berpikir “kenapa saya harus terus-terusan seperti ini? Saya tak mau tertiggal dari teman-tema yang lain. Saya takut tertinggal, saya ingin maju seperti mereka.”

Tapi memang, pikiran itu pun hanya lewat saja tanpa jejak. Saya menyesali sifat saya ini karena entah kenapa ini seperti penyakit yang susah hilang dari diri saya.

Siapa saya sebenarnya? Saya hanya seorang remaja 18 tahun yang sebentar lagi akan menyelesaikan semester 3 dan akan pergi ke Malaysia untuk job training selama 6 bulan. Meninggalkan semua orang disini demi masa depan yang lebih baik.

Tentu saya berharap akan menjadi lebih baik saat pulang kembali ke Indonesia, menjadi pribadi yang lebih baik dari sekarang yang cenderung merusak diri sendiri. Seorang remaja yang bisa dibilang tidak pernah punya keberanian untuk mengungkapkan sesuatu hal yang sebetulnya sudah terlalu lama untuk dipendam menjadi seorang yang punya kepercayaan diri lebih baik dan tentu saja berguna untuk siapapun.

Seperti saya bilang barusan, hidup itu pilihan. Lalu apa yang kita akan pilih? Kita bagaikan sebuah novell yang bahkan belum terisi setengahnya. Lembarang kosong itu akan kita isi dengan cerita, pengalaman hidup kita sendiri yang tentu juga akan menajdi piihan untuk kita akan seperti apa cerita kelanjutanya. Akankah berisi tentang kesuksesan atau malah penderitaan, kehancuran dan hal buruk lainya.

What will you choose? Its your choice…