Pages

Total Pageviews

Thursday 14 November 2013

Saatnya Liverpool ?



New season, new passion, same hope. Yap sebagai fans Liverpool selalu mempunyai harapan sama walau di akhir kita selalu dikecewakan. Jangankan juara liga Inggris, untuk masuk Liga Champion saja susahnya minta ampun dengan performa yang amburadul. Tapi musim ini, seperti ada secercah harapan dari Liverpool untuk fansnya. Performa gemilang, walau masih agak inkonsisten tepatnya. Terlihat saat kita dikalahkan Arsenal 2-0. Kita seperti dipermainkan oleh mereka. Lini tengah kita tak berjalan dengan baik. Para gelandang Liverpool seperti kebingungan untuk menghadapi kecepatan pemain Arsenal. Lucas Leiva yang diharapkan bisa membendung ternyata bermain kurang baik (kalau tidak dibilang buruk) sehingga sang kapten, Gerrard yang pada awalnya ditugaskan untuk menyuplai bola kepada duet mau Liverpool, SAS, tidak bisa bekerja dengan baik karena konsentrasinya terpecah belah untuk membantu pertahanan.

Okelah saatnya kita berbicara yang lain, untungnya Liverpool berhasil menang 4-0 saat membantai Fulham. Musim ini akhirnya kita memiliki penyerang handal. Bukan hanya satu, tapi dua sekaligus. Duet SAS, Suarez Sturridge begitu menggila musim ini. Mereka berdua berhasil mecetak 8 gol dan produktivitas Liverpool ke-3 tertajam di Liga Inggris dengan 21 gol (16 gol berasal dari duet SAS).
Mungkin yang dibutuhkan Liverpool adalah pelapis mereka, memang kita masih mempunyai Iago Aspas di bench, tapi performanya saat di awal musim kurang begitu memuaskan Rodgers sehingga ia pun semakin jarang mendapat kesempatan untuk bermain.





Glen Johnson pun berkata, “Skuad Liverpool musim ini adalah skuad terbaik selama saya berada di Liverpool.” Ya dengan performa seperti ini saya rasa tak ada yang tak mungkin bagi kita untuk merayakan sesuatu di akhir musim. Asalkan kitaa konsisten dan bisa mengulang prestasi 2008 saat kita jadi pemimpin klasemen sampai paruh musim walau akhirnya kitya kalah dari United. Untuk pertama kalinya saya merasa senang saat MU menang karena mereka mengalahkan Arsenal yang membuat jarak poin Liverpool dan Arsenal hanya 2 poin saja (Thanks United). Tapi jangan lupakan pesaing lainya seperti Chelsea, City, Spurs dan tentu saja rival abadi kita, Manchester United. Mungkin mereka sekarang dibawah kita, tapi Liverpool harus tetap waspada terutama United yang memang mempunyai reputasi agak buruk start awal musim tapi paruh kedua melesat kencang. Asalkan kita bisa mempertahankan performa dan duet SAS terus menggila, we had a chance man.

Saatnya untuk Liverpool juara ? Why not?

Politik, Uang dan Sepakbola



Politik, politik dan politik. Hampir semua aspek di negeri ini dipenuhi oleh berbagai kepentingan politik.
Tidak hanya di DPR, politik pun memasuki dunia yang sesungguhnya harus dijauhi dari kepentingan politik, olahraga.

Di Indonesia, dengan penduduk jutaan jiwa, seharusnya tidak sulit untuk mencari bakat-bakat besar yang hanya tinggal dipoles sehingga bias menjadi bintang-bintang olahraga yang akan mengharumkan Indonesia di kancah olahraga dunia, MIRIS.

Oke, saya hanya focus ke sepakbola karena olahraga ini adalah penyedot massa terbesar di negeri koruptor ini. Maaf saya bilang negeri koruptor karena MEMANG kenyataanya Negara ini penuh dengan koruptor keji yang tega mencuri miliaran rupiah untuk kepentingan pribadi dan melupakan rakyat yang telah memilihnya untuk menduduki kursi di DPR. Walau gaji mereka sudah besar, tapi godaan untuk mencuri tetap besar, karena uang yang ditawarkan pun gila.

Sepakbola, Indonesia sesungguhnya tidak kalah potensinya jika disbanding dengan Brazil. Saya tak muluk tapi ini kenyataanya. Perbedaan kita dengan Brazil adalah pembinaan pemain. Di Brazil, Negara berkembang sama dengan Negara kita, pembinaan berjalan dengan bik, bahkan sepakbola adalah mata pencaharian mereka. Mereka berjuang untuk menjadi pemain bola karena bisa merubah standar hidup mereka. Lihat Ronaldinho, di masa kecilnya ia adalah orang yang tak berada. Sekarang ? Dia adalah pemain legenda, dengan uang berlimpah. Pembinaan disana berjalan dengan baik, beda dengan di Indonesia karena terlalu banyak permainan politik dan uang. Bahkan pemain mereka sampai dinaturalisasi berbagai Negara karena kesempatan untuk membela Brazil kecil karena terlalu banyak pemain hebat disana.

Di Indonesia, uang bermain. Mulai dari tingkat Liga tertinggi di Indonesia sampai tingkat rendah seperti SSB. Gila kan? Saya tak mengada-ngada karena memang saya tahu persis itu. Saya hanya seorang mahasiswa yang gila sepakbola dan saya bukan apa-apa di Indonesia, tapi saya tahu persis tentang gilanya orang-orang diatas yang rakus akan uang. Adik saya pernah berlatih di salah satu SSB terkenal di Jakarta ya memang saya tahu kualitasnya bagus tapi ada saja yang meminta uang agar para anak-anak tersebut bisa lebih cepat mengorbit. Yang melakukan itu adalah salah satu legenda sepakbola kita!

 Tahu program Uruguay? Itupun tak jauh dari permainan uang. Ada beberapa orang yang diminta untuk membayar agar anak mereka bisa ikut untuk mengikuti program kesana. Memang tak semua orang tapi dengan kenyataan seperti itu, betapa mirisnya Negara penggila sepakbola seperti kita.

Saya cukup senang dengan kemunculan seorang Indra Sjafrie yang bisa mencari bakat-bakat terpendam di pelosok tanah air walau saya yakin masih banyak sekali bakat terpendam di negeri ini.
Kebodohan pejabat sepakbola negeri ini yang terlalu sibuk untuk berkelahi demi menjabat sebagai orang nomor satu di sepakbola. Melupakan betapa amburadulnya sepakbola Negara kita sehingga semakin tertinggal di Asia, bahkan di ASEAN!

Dulu, ya dulu, kita adalah macan asia. Nama Indonesia membuat gentar Negara lain. Sekarang? Jangankan gentar, mereka malah menganggap remeh Negara kita. Kekuatan sepakbola kita hanya segitu-segitu saja. Hanay sedikit orang bersih di sepakbola kita. Memalukan.

Apa susahnya mencari bakat-bakat di pelosok Indonesia? Asal ada pembinaan yang jelas dan orang-orang yang bisa dipercaya, yang tak terpengaruh oleh uang, semua bisa !
Andai Bung Karno masih hidup, beliau pasti malu dengan kondisi ini. Masa kita kalah dari Singapura? Negara kecil, lebih besar Jakarta tapi mereka sudah beberapa kali juara AFF Cup. Kita? Mentok final.
Kita seperti gentar jika melawan Thailand atau manapun. Padahal jika dilihat-lihat kita tak kalah dari mereka. Ya, kita hebat bisa seperti mereka bahkan melebihi mereka asalkan kita membenahi semua aspek di sepakbola kita. Pembinaan, infrastruktur dan lain sebagainya.

Pejabat bilang tentang profesionalitas klub, sampah. Apanya yang professional jika gaji pemain saja banyak yang belum dibayar. Bahkan klub ibukota saja masih menunggak gaji para pemainya.
Klub Indonesia Cuma amatir bukan professional.

Sebenarnya, sepakbola itu ladang bisnis yang bagus, tapi para investor takut untuk menginvestasikan uangnya di sini. Kenapa ? Ya itu tadi, terlalu banyak permainan uang. Mereka lebih memilih untuk menginvestasikan di aspek lainya. Sepakbola disini terlalu ricuh, tak hanya supporter bahka pejabat pun berkelahi. Suporter mungkin bisa dimaklumi walau seharusnya mereka juga harus berubah. Tapi pejabat saja masih berkelahi bagaimana mau memberi contoh pada bawahanya? Bodoh.

Profesional tahi kucing. Kapan mau maju jika terus begini?