Politik, politik dan politik. Hampir semua aspek di negeri ini dipenuhi
oleh berbagai kepentingan politik.
Tidak hanya di DPR, politik pun memasuki dunia yang sesungguhnya harus
dijauhi dari kepentingan politik, olahraga.
Di Indonesia, dengan penduduk jutaan jiwa, seharusnya tidak sulit untuk
mencari bakat-bakat besar yang hanya tinggal dipoles sehingga bias menjadi
bintang-bintang olahraga yang akan mengharumkan Indonesia di kancah olahraga
dunia, MIRIS.
Oke, saya hanya focus ke sepakbola karena olahraga ini adalah penyedot
massa terbesar di negeri koruptor ini. Maaf saya bilang negeri koruptor karena
MEMANG kenyataanya Negara ini penuh dengan koruptor keji yang tega mencuri
miliaran rupiah untuk kepentingan pribadi dan melupakan rakyat yang telah memilihnya
untuk menduduki kursi di DPR. Walau gaji mereka sudah besar, tapi godaan untuk
mencuri tetap besar, karena uang yang ditawarkan pun gila.
Sepakbola, Indonesia sesungguhnya tidak kalah potensinya jika
disbanding dengan Brazil. Saya tak muluk tapi ini kenyataanya. Perbedaan kita
dengan Brazil adalah pembinaan pemain. Di Brazil, Negara berkembang sama dengan
Negara kita, pembinaan berjalan dengan bik, bahkan sepakbola adalah mata
pencaharian mereka. Mereka berjuang untuk menjadi pemain bola karena bisa
merubah standar hidup mereka. Lihat Ronaldinho, di masa kecilnya ia adalah
orang yang tak berada. Sekarang ? Dia adalah pemain legenda, dengan uang
berlimpah. Pembinaan disana berjalan dengan baik, beda dengan di Indonesia
karena terlalu banyak permainan politik dan uang. Bahkan pemain mereka sampai
dinaturalisasi berbagai Negara karena kesempatan untuk membela Brazil kecil
karena terlalu banyak pemain hebat disana.
Di Indonesia, uang bermain. Mulai dari tingkat Liga tertinggi di
Indonesia sampai tingkat rendah seperti SSB. Gila kan? Saya tak mengada-ngada
karena memang saya tahu persis itu. Saya hanya seorang mahasiswa yang gila
sepakbola dan saya bukan apa-apa di Indonesia, tapi saya tahu persis tentang
gilanya orang-orang diatas yang rakus akan uang. Adik saya pernah berlatih di
salah satu SSB terkenal di Jakarta ya memang saya tahu kualitasnya bagus tapi
ada saja yang meminta uang agar para anak-anak tersebut bisa lebih cepat
mengorbit. Yang melakukan itu adalah salah satu legenda sepakbola kita!
Tahu program Uruguay? Itupun tak
jauh dari permainan uang. Ada beberapa orang yang diminta untuk membayar agar
anak mereka bisa ikut untuk mengikuti program kesana. Memang tak semua orang
tapi dengan kenyataan seperti itu, betapa mirisnya Negara penggila sepakbola
seperti kita.
Saya cukup senang dengan kemunculan seorang Indra Sjafrie yang bisa
mencari bakat-bakat terpendam di pelosok tanah air walau saya yakin masih
banyak sekali bakat terpendam di negeri ini.
Kebodohan pejabat sepakbola negeri ini yang terlalu sibuk untuk
berkelahi demi menjabat sebagai orang nomor satu di sepakbola. Melupakan betapa
amburadulnya sepakbola Negara kita sehingga semakin tertinggal di Asia, bahkan
di ASEAN!
Dulu, ya dulu, kita adalah macan asia. Nama Indonesia membuat gentar
Negara lain. Sekarang? Jangankan gentar, mereka malah menganggap remeh Negara
kita. Kekuatan sepakbola kita hanya segitu-segitu saja. Hanay sedikit orang
bersih di sepakbola kita. Memalukan.
Apa susahnya mencari bakat-bakat di pelosok Indonesia? Asal ada
pembinaan yang jelas dan orang-orang yang bisa dipercaya, yang tak terpengaruh
oleh uang, semua bisa !
Andai Bung Karno masih hidup, beliau pasti malu dengan kondisi ini.
Masa kita kalah dari Singapura? Negara kecil, lebih besar Jakarta tapi mereka
sudah beberapa kali juara AFF Cup. Kita? Mentok final.
Kita seperti gentar jika melawan Thailand atau manapun. Padahal jika
dilihat-lihat kita tak kalah dari mereka. Ya, kita hebat bisa seperti mereka
bahkan melebihi mereka asalkan kita membenahi semua aspek di sepakbola kita.
Pembinaan, infrastruktur dan lain sebagainya.
Pejabat bilang tentang profesionalitas klub, sampah. Apanya yang
professional jika gaji pemain saja banyak yang belum dibayar. Bahkan klub
ibukota saja masih menunggak gaji para pemainya.
Klub Indonesia Cuma amatir bukan professional.
Sebenarnya, sepakbola itu ladang bisnis yang bagus, tapi para investor
takut untuk menginvestasikan uangnya di sini. Kenapa ? Ya itu tadi, terlalu
banyak permainan uang. Mereka lebih memilih untuk menginvestasikan di aspek
lainya. Sepakbola disini terlalu ricuh, tak hanya supporter bahka pejabat pun
berkelahi. Suporter mungkin bisa dimaklumi walau seharusnya mereka juga harus
berubah. Tapi pejabat saja masih berkelahi bagaimana mau memberi contoh pada
bawahanya? Bodoh.
Profesional tahi kucing. Kapan mau maju jika terus begini?
No comments:
Post a Comment