Pages

Total Pageviews

Monday 28 March 2016

Surat untuk Presiden PSSI

Kepada Yth,
Presiden/Ketua PSSI
La Nyalla Matalliti
Di tempat yang entah dimana hanya bapak dan Tuhan yang tahu

Apa kabar pak? Tidak terdengar kabar dari bapak beberapa hari ini. Hanya terdengar dari berita saja bahwa bapak tidak memenuhi panggilan dari Kejati Jatim. Bapak bagai hilang ditelan bumi.

Bapak, selalu Presiden dari PSSI, Presiden yang memimpin organisasi sepakbola yang digemari oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia, apa tidak merasa malu dengan kasus yang menimpa bapak saat ini? Kenapa bapak malah melawan dan menyatakan tidak akan mengundurkan diri dari PSSI serta menuding adanya konspirasi dengan ditetapkanya bapak sebagai tersangka?

Kami kecewa pak, kami sudah berpengalaman saat PSSI dipimpin oleh Bapak Nurdin Halid dari penjara. Sebagai Ketua atau Presiden (istilah yang bapak populerkan) sudah sepatutnya memberi contoh yang baik, tapi bapak malah memberikan kesan yang buruk dengan ditetapkannya bapak sebagai tersangka kasus korupsi.

Bapak selalu menyatakan bahwa PSSI anti korupsi, diisi oleh orang-orang bersih yang tentu saja masyarakat awam pun tau bahwa yang bapak nyatakan adalah kepalsuan belaka. Di lain konteks, bahkan salah satu petinggi dari PSSI sendiri tidak bisa menjelaskan dengan benar apa itu RASISME dan terkait gaji, disaat mereka memprotes karena tidak mendapat gaji selama berbulan-bulan, KOMDIS menghukum mereka, para pemain, karena mempermalukan sepakbola dan menyatakan,

"Silakan laporkan, tidak perlu semua itu diekspresikan. Itu malah buat malu sepakbola. … Jangan bersikap begitu, main terus meskipun tidak digaji, tapi ujung-ujungnya protes ke PSSI. Kalau mau cinta profesi jadikanlah sepakbola kebanggaan meski gaji tidak turun-turun. Tapi kalau tidak mau tidak digaji, lebih baik setop bermain untuk klub itu, jangan menggadaikan profesionalisme.”(Metrotvnews, 29 Juni 2013). 

Aneh, itu yang pertama kali saya pikirkan dan mungkin juga yang lain pun berpikir sama dengan saya.  Di saat pemain menuntut gaji yang memang sudah menjadi hak-nya, tapi anggota bapak malah menyatakan seperti itu, dimana keadilan pak?

Ya, mungkin bapak bisa bilang kalau itu bukan dibawah kuasa bapak yang saat itu belum menjabat menjadi ketua PSSI. Bagaimana dengan kondisi sepakbola sekarang pak? Apa ada kemajuan yang berarti di persepakbolaan kita? Bapak bisa menyalahkan Menpora karena PSSI disanksi. Tapi, Menpora sudah menyatakan dari awal "Silahkan lanjutkan ISL", tapi bapak dan pemangku kebijakan lainya menstop ISL, dan anehnya klub-klub pun mendukung bapak. Apa yang bapak nyatakan kepada mereka sehingga mereka rela untuk kehilangan satu-satunya penghasilan mereka? Hanyak bapak, mereka dan Tuhan yang tahu.

Saya bukan pembenci PSSI ataupun pembenci Menpora, saya hanya ingin kembali bernyanyi di tribun bersama kawan-kawan suporter lainnya. Tapi saya ingin menyaksikan sepakbola yang bersih, menyaksikan pemain yang bermain dengan semangat tanpa ada pikiran tentang gaji yang tertunggak dan memikirkan nasib keluarga mereka di rumah. Kami tidak ingin itu pak!

Saya, kami, mohon dengan sangat agar bapak segera memenuhi panggilan Kejati agar semua ini bisa terjelaskan seluruhnya. Dan bila bapak tidak merasa melakukan kesalahan, kenapa bapak harus menghidar? Bapak bisa buktikan kalau bapak tidak salah, atau mungkin bapak takut karena salah? Hanya bapak yang tahu.

Tunjukan keberanian bapak, tunjukan kepada kami semua pak, jangan jadi pengecut!
Kami hanya bisa berdoa semoga masalah sepakbola dan masalah bapak bisa segera terselesaikan dan kami bisa berjoget di tribun kembali serta pemain bermain dengan senyum yang lepas.

Salam

No comments:

Post a Comment