Pernahkah terbersit di pikiranmu saat anda sedang sendiri di
suatu tempat, pikiran yang giba-tiba saja datang menyergapmu membuatmu berpikir
“siapa saya sebenarnya?”
Jujur, saya juga pernah seperti itu, mungkin sering entah
kenapa. Saya merasa seperti seorang yang tak punya jati diri, tak punya
pendirian yang hanya ikut-ikut teman dalam melakukan sesuatu. Seseorang yang
penuh dengan kesendirian walau di sekelilingnya begitu ramai dengan hiruk pikuk
manusia-manusia yang berlalu lalang tapi pikiran kita melanglang buana entah
kemana. Siapa saya? Apa yang saya lakukan disini? Mau jadi apa saya? Apakah
saya bisa? Apa saya mampu? Apa saya bisa bertahan?
Hidup itu pilihan sebetulnya kalau menurut saya ada dua
pilihan, apakah anda ingin menjadi seorang yang biasa-biasa saja tak melakukan
sesuatu hal yang berguna atau anda ingin menjadi seseorang yang berguna untuk
siapapun.
Saya masih remaja, beranjak dewasa. Begitu banyak hal yang
tiba-tiba datang menyergap pikiran. Begitu banyak pemikiran yang tak bisa
dijawab oleh saya lalu hanya saya tinggalkan begitu saja karena saya anggap itu
tak penting. Saya adalah orang kelewat santai yang jujur saya menyadari itu
adalah sifat yang merugikan untuk diri saya sendiri. Saya bisa serius jika
memang itu benar-benar menarik perhatian saya, jika tidak maka susah sekali
saya untuk serius walau secara tiba-tiba pikiran tadi pun muncul kembali yang
membuat saya berpikir “kenapa saya harus terus-terusan seperti ini? Saya tak
mau tertiggal dari teman-tema yang lain. Saya takut tertinggal, saya ingin maju
seperti mereka.”
Tapi memang, pikiran itu pun hanya lewat saja tanpa jejak.
Saya menyesali sifat saya ini karena entah kenapa ini seperti penyakit yang
susah hilang dari diri saya.
Siapa saya sebenarnya? Saya hanya seorang remaja 18 tahun
yang sebentar lagi akan menyelesaikan semester 3 dan akan pergi ke Malaysia
untuk job training selama 6 bulan. Meninggalkan semua orang disini demi masa
depan yang lebih baik.
Tentu saya berharap akan menjadi lebih baik saat pulang
kembali ke Indonesia, menjadi pribadi yang lebih baik dari sekarang yang
cenderung merusak diri sendiri. Seorang remaja yang bisa dibilang tidak pernah
punya keberanian untuk mengungkapkan sesuatu hal yang sebetulnya sudah terlalu
lama untuk dipendam menjadi seorang yang punya kepercayaan diri lebih baik dan
tentu saja berguna untuk siapapun.
Seperti saya bilang barusan, hidup itu pilihan. Lalu apa
yang kita akan pilih? Kita bagaikan sebuah novell yang bahkan belum terisi
setengahnya. Lembarang kosong itu akan kita isi dengan cerita, pengalaman hidup
kita sendiri yang tentu juga akan menajdi piihan untuk kita akan seperti apa
cerita kelanjutanya. Akankah berisi tentang kesuksesan atau malah penderitaan,
kehancuran dan hal buruk lainya.
What will you choose? Its your choice…