Pages

Total Pageviews

Saturday, 4 January 2014

Andai Saya Erick Thohir

Tahun 2013, dunia persepakbolaan Indonesia dan juga dunia dikejutkan oleh keinginan dari seorang pengusaha Indonesia yang berniat untuk mengakusisi klub dari kota mode di Italia, Inter Milan.
Di awalnya, banyak orang memandang skeptis, "siapa sih orang ini? Dia dari Indonesia?" Dia agak dianggap remeh karena memang jika dibandingkan dengan Italia yang negara maju, Indonesia hanyalah negara berkembang yang prestasi sepakbolanya hanyalah sekecil kuku jika dibandingan dengan Italia.
Tapi, Erick Tohir berhasil menjungkirbalikan pendapat orang-orang tersebut, ia berhasil membeli Inter Milan dari tangan sang presiden legendaris, Masimmo Moratti dan Thohir pun sah menjadi orang Indonesia pertama yang menjadi presiden klub di Italia, bukan klub ecek-ecek, tapi klub yang telah dikenal di seantero jagad.

Di sini, saya tidak ingin membahas tentang Inter Milan atau ambisi dari seorang Thohir yang saya pikir agak gila walau jujur saya bangga bisa melihat orang Indonesia mempunyai klub besar di Eropa, sesuatu yang tak lazim sebenarnya.
Saya ingin fokuskan kepada satu pertanyaan, kenapa Erick Thohir tidak menginvestasikan dananya di Liga Indonesia? Setau saya memang dia termasuk dalam salah satu jajaran manajemen dari Persib Bandung, tapi jika ia bisa bersaing dan akhirnya mendapatkan Inter Milan, tentu uang yang ia punya sangat banyak yang bisa digunakan untuk membangun sepakbola di Indonesia.
Saya rasa, pembelian Inter Milan ini adalah salah satu ambisi dari seorang Erick Thohir untuk meningkatkan nama Indonesia di mata dunia dan juga ibaratkan adalah keinginan dari hati untuk memiliki sebuah klub di Eropa yang memang sangat terkenal. Saya juga merasakan dan bermimpi bisa mempunyai klub yang saya favoritkan dan mengelolanya, mimpi bebas lho.

Jika saya adalah seorang Erick Thohir, saya tidak akan membeli Inter Milan. "Lho kenapa mas? Kan keren?" Saya lebih memilih untuk membeli salah satu klub di Indonesia dan mulai membangunya secara perlahan. Mungkin Erick Thohir bisa membeli Persib Bandung, membeli stadion GBLA agar dikelola oleh jajaran manajemen dari Persib Bandung sendiri dan lepas dari tangan pemkot. Dengan uangnya, tak sulit untuk Thohir untuk membangun pusat pelatihan yang canggih, pelatihan untuk pemain muda yang mumpuni yang tentu saja tak hanya bermanfaat bagi Persib, tapi juga untuk timnas Indonesia ke depanya.

Saya baru saja membaca artikel di Goal.com, wawancara dengan Direktur Kompetisi J-League (Liga Jepang). Saya pernah dengar bahwa dulu Jepang malah belajar pengelolaan kompetisi dari Indonesia saat era Galatama, tapi kita telah tertinggal jauh sekarang.
Di dalam wawancara tersebut, sang Direktur ini  bilang bahwa potensi sepakbola di Indonesia (khususnya tingkat ASEAN0 itu tidak kalah dengan negara asia lainya. Bahkan macan ASEAN, Thailand, dulu perna mengalahkan Jepang 5-2. Saya juga ingat perkataan seorang legenda Indonesia "Jepang, Korea, China lewat semua,kita babat habis!" Ya, kebanggaan masa lalu.
Potensi sepabloa ASEAN, itu sangat berpotensi untuk menjadi lebih baik  lagi, asalkan dikelola secara profesional dan pelan-pelan.
Jepang tidak medapatkan hasil yang didapatnya sekarang secara instan, bahkan J-League secara resmi dimulai tahun 1991, agak terlambat, tapi lihat di PD 2002 mereka berhasil menyingkirkan Italia dan secara kontinu selalu masuk di Piala Dunia. Si direktur sendiri juga bilang bahwa sebenarnya pengusaha di ASEAN itu banyak tapi mereka lebih banyak  menginvestasikan uangnya di luar negeri.
Saat dia ditanya pendapat tentang Thohir dia menjawab "Jika pengusaha seperti Thohir berinvestasi di negeri mereka sendiri, mereka bisa mencapai raihan tertinggi yang, bahkan tak bisa dilakukan klub-klub Jepang."

Jika saja pengusaha-pengusaha kaya di Indonesia berani menginvestasikan uangnya di Indonesia, saya cukup yakin sepakbola akan berkembang pesat di sini. Saya pun punya mimpi jika saya menjadi pengusaha sukses di masa yang akan datang, saya ingin membeli Persija Jakarta, klub favorit saya sejak kecil dan mengelolanya dengan profesional, mimpi sabeb kakak.

Memang kendala yang juga pasti di pikir oleh Thohir jika ingin membeli klub Indonesia adalah faktor kurang becusnya pejabat kalangan atas, judi marak dan potensi kerusuhan yang suka sering terjadi yang tentu saja merugikan klub dan yang penting adalah potensi bisnis yang tak terlalu meguntungkan, makanya Thohir lebih memilih untuk menginvestasikan uangnya di Inter, yang notabene fanbasenya da di seluruh dunia sehingga potensi bisnis yang tinggi.

Semoga kelak akan ada pengusah Indonesia yang berani untuk mengambil resiko di Indones, bukan hanya demi kepentingan klub tapi demi kebaikan Indonesia ke depanya, amin.

Mendaki Gunung, Kepuasan yang Tak Tertandingi

Sekarang, setelah booming film 5cm yang menceritakan tentang persahabatan yg berakhirnya dengan menaiki gunung Semeru, semua orang seakan terhipnotis untuk naik gunung.
Padahal dulu mereka tak akan pernah membayangkan untuk naik gunung, memang film adalah media untuk menghipnotis yang ampuh.

Memang saya akui, setelah baca novel 5cm, secara tak sadar kita pun punya keinginan untuk menaiki Gunung Semeru, sang dewa Jawa, tertinggi di pulau Jawa. Tapi konyolnya, banyak pendaki pemula yang belum pernah mendaki gunung dan setelah terhipnotis film itu, langsung menargetkan untuk naik ke Gunung Semeru, konyol.

Naik gunung, yah saya juga salah satu pendaki, salah satu pencinta alam. Sayang hasrat saya baru bisa terwujud saat di Universitas, padahal saya sudah punya keinginan sejak kecil karena ayah saya juga tergabung di kampusnya saat beliau masih menjadi mahasiswa. Dan uniknya, beliau belum pernah mendaki Semeru walau sudah berhasil mencapai puncak Rinjani.

Apa sih sebenarnya yang membuat mendaki gunung itu menarik? Saya harus jujur bahwa naik gunung itu melelahkan, menguras tenaga, menguras duit dan mempertaruhkan tenaga. Tapi........
Jika kalian menyukai pemandanga alam yang alami, kalian pasti ketagihan jika sudah mendaki gunung. Dan keinginan untuk mendaki gunung akan kembali muncul lagi dan lagi.
Kelelahan saat mendaki gunung dalam sekejap akan hilang setelah kita mencapai puncak. 
Rasa puas, bangga dan lelah melebur menjadi satu setelah kita berhasil menggapai puncaknya. Melihat pemandangan dari atas puncak adalah pengalaman yang membahagiakan, suatu pengalaman yang akan menjadi salah satu yang berkesan .

Nyawa, ya nyawa. Sudah berapa banyak nyawa yang pulang ke pangkuan yang kuasa saat mereka berusaha untuk menggapai puncak. Ada beberapa yang memang karena faktor alam seperti Soe Hok Gie yang wafat di saat pendakian ke Semeru karena menghirup gas beracun. Tapi banyak juga yang wafat karena seperti meremehkan gunung. Membawa perbekalan, peralatan seadanya saja padahal seharusnya mereka sudah harus mengetahui bawaan apa saja yang harus dibawa saat mendaki gunung. Cuaca yang tak bisa ditebak saat kita mendaki juga menjadi salah satu pertimbangan apa yang harus kita bawa saat mendaki gunung. Ada yang meninggal karena kedinginan, saat dicek dia tidak membawa sleeping bag, kan konyol.
Memang saya sering melihat orang-ornag yang hanya bermodalkan jaket, kupluk, celana panjang, sarung dan rokok saja, tapi mereka biasanya adalah orang-orang yang memang sudah terbiasa mendaki gunung jadi jangan disamakan dengan kita yang masih pemula. Kitya mendaki gunung untuk mencari kepuasan, melihat keindahan alam, bukan untuk mati konyol !

Seperti kata orang-orang, Indonesia itu indah, masih aja gak kemana-mana ? Masih aja main di Mall?
Kebanyakan orang hanya ingin cepat sampai ke puncak tanpa ingin berjuang untuk mencapai puncak karena mereka hanya ingin foto-foto diatas puncak. Kenikmatan mendaki gunung sesungguhnya adalah ketika kalian berusaha dari bawah untuk mencapai puncak dan saat kalian di puncak kalian akan merasakan sendiri bagaimana puasnya kalian setelah berjuang dan hasilnya adalah keindahan alam yang tak tertandingi.

Mendaki adalah olahraga mahal, mempertaruhkan nyawa, tapi asal kita percaya pada Tuhan masing-masingh dan telah mempersiapkan semuanya dengan baik, percayalah tidak akan terjadi apa-apa selain kepuasan yang tak terlupakan.

Saya coba kasih foto-foto saya saat naik gunung, kali jadi candu hahaha.

-Gunung Ciremai










- Gunung Guntur








Wednesday, 1 January 2014

2014, Tahun Politik Telah Datang!

Selamat datang tahun 2014! Tahun dimana semua hal akan dimulai kembali dari awal.
Harapan? Pasti selalu ada harapan yang diinginkan di tahun baru ini. Lebih baik dan blablablabla omong kosong tetek bengek lainya selalu menjadi harapan yang biasa di tulis oleh orang-orang entah di media sosial atau di tempat lain yang bisa jadi tempat mereka untuk mengungkapkan harapan mereka tersebut.

Yap 2014. Tahun politik, tahun para pecinta sepakbola. Tahun ini adalah tahun dimana kita akan disuguhi 2 even besar di Indonesia dan juga di dunia. Pemilu Presiden untuk menggantikan Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang telah menjadi ujung tombak negara kita selama 2 periode dan yang telah kita nanti-nantikan Piala Dunia 2014 (yah Indonesia lagi-lagi hanya jadi penonton saja).

2014, tahun politik, Pemilu Presiden. Ini adalah saat-saat menentukan untuk seluruh rakyat Indonesia. Mungkin akan ada yg skeptis "ah sudahlah presidenya siapapun nasibku tetap begini saja." Tapi bagi saya, dengan pemilihan Presiden ini, menentukan akan dibawa kemana Indonesia selanjutnya setelah pemerintahan SBY.
Apakah Presiden berikutnya akan melanjutkan kinerja Presiden SBY yang mungkin di mata sebagian orang memang agak lamban (tapi kalau menurut saya, kalau SBY dinilai kurang kinerjanya gak mungkin dia terpilih sebagai presiden selama 2 periode) atau menjadi Presiden dengan kualitas yang lebih baik lagi? Who knows?

Calon-calon yang muncul yah sama seperti pemilu periode lalu, itu lagi-itu lagi.
Sang capres abadi, Prabowo dan Wiranto kembali muncul untuk mencoba peruntungan apakah berhasil menjadi Presiden atau malah tetap setia menjadi capres abadi Indonesia selamanya.

Sang mantan Presiden wanita pertama Indonesia, Megawati Soekarnoputri dikabarkan masih berminat untuk kembali mengikuti pilpres, mungkin ia masih penasaran untuk memimpin negara ini.

BOSAN, melihat calon presiden masih dari itu-itu saja. Tidak ada refreshing pimpinan sama sekali. Kalau menurut saya yang konyol ialah pencalonan Aburizal Bakrie sebagai presiden untuk periode berikutynya dari salah satu partai terbesar di Indonesia, Golkar. Apakah dia tak berpikir bahwa masih banyak korban Lapindo yang menunggu janji darinya untuk mengganti rugi semua kerugian masyarakat yang menderita karena terkena dampak Lapindo? Saya jujur merasa prihatin dengan partai kuning tersebut yang masih mau mencalonkan Ical, panggilan untuk Aburizal Bakrie, dimana dia masih dalam masalah Lapindo tersebut. Saya tau dengan kapasitasnya sebagai ketua umum Partai Golkar, dia berhak untuk dicalonkan sebagai capres. Dengan dukungan dana melimpah dari Ical yang juga salah satu pengusaha terkaya di Indonesia sebenarnya sah-sah saja jika dia mencalonkan diri sebagai presiden. Tapi sejujurnya dia seharusnya sadar diri dan malu (kalau saya sih begitu) dia berani mencalonkan diri sebagi Presiden tapi masih ada Lapindo yang belum terselesaikan, MIRIS.

Patut diperhatikan melihat tokoh baru yang muncul. Salah satu fenomena di Indonesia, sang mantan walikota Solo yang sekarang berkuasa sebagai Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo atau biasa dipanggil sebagai
Jokowi yang digadang-gadang akan menjadi calon presiden yang terkuat jika ia turun dalam pemilu.
Jokowi jika diajak untuk berbicara tentang kemungkinan untuk menjadi presiden akan selalu mengelak dan berkata ingin konsentrasi untuk mengurus Jakarta yang baru saja dipimpinya. Saya akui fenomena Jokowi benar-benar meledak di Indonesia sehingga dalam jajak pendapat capres, dia selalu menempati tempat tertinggi. Jokowi, si gubernur gaul penyuka band metallica, kalau menurut saya dia hanya menunggu perintah dari atasanya, Megawati. Jika Mega memerintahkanya untuk turun dalam pemilu, maka ia akan manut-manut untuk bertarung di pemilu presiden walau banyak orang Jakarta dan saya tentunya tak menghendaki itu. Saya dan segenap warga Jakarta menghendakinya untuk membereska Jakarta terlebih dahulu, dengan progres yang baik saya yakin saat selesainya periode kepemimpinanya di Jakarta nanti, Jakarta sudah mendekati sempurna walau memang kemacetan dan banjir adalah musuh utama, musuh besar bagi seluruh orang.

Fenomena baru yang juga turut saya setujui untuk bertarung di pilpres nanti adalah Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan. Mencoba untuk berjudi dengan mengikuti konvensi Partai Demokrat. Apasih konvensi itu? Yaitu penyaringan bakal calon presiden yang diadakan Partai Demokrat untuk mencari bibit-bibit pemimpin yang akan dicalonkan untuk menjadi Presiden. Dengan tidak diperbolehkanya SBY, si pengeruk suara untuk turun di pemilu, maka Demokrat mencari cara agar bisa memenangkan pemilu tersebut. Bahkan ada wacana SBY jadi cawapres, tapi yah kita tak tau akan seperti apa nanti.
Oke balik ke Bang Anies, dia tokoh muda. Akademisi dari salah satu Universitas yang baik, tapi apakah bisa ia bertarung di pilpres. Jangankan di pilpres, di konvensi pun akan susah karena sainganya Dahlan Iskan, si menteri BUMN yang terdengar kemana-mana. Sedangkan Anies untuk sebagian orang malah baru terdengar sekarang. Dia membuat apa yang disebut dengan #AyoTurunTangan yang bertujuan untuk mengajak seluruh masyaratak untuk turun tangan membereskan masalah di Indonesia ini.

Sebenarnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mencalonkan diri sebagai capres tapi saya tak terlalu tertarik untuk membahasnya seperti Raja Dangdut Rhoma Irama, Mahfud, Jusuf Kalla dan lain-lain.
Waktu untuk pemilu masih lama, lebih baik kita perhatikan para calon tersebut, bagaimana sikap mereka dan pada akhirnya kita tentukan nasib mereka dengan memilih salah satu dari mereka yang memang sesuai dengan hati anda dan anda yakin dia akan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik, amin.