Pages

Total Pageviews

Wednesday, 1 January 2014

2014, Tahun Politik Telah Datang!

Selamat datang tahun 2014! Tahun dimana semua hal akan dimulai kembali dari awal.
Harapan? Pasti selalu ada harapan yang diinginkan di tahun baru ini. Lebih baik dan blablablabla omong kosong tetek bengek lainya selalu menjadi harapan yang biasa di tulis oleh orang-orang entah di media sosial atau di tempat lain yang bisa jadi tempat mereka untuk mengungkapkan harapan mereka tersebut.

Yap 2014. Tahun politik, tahun para pecinta sepakbola. Tahun ini adalah tahun dimana kita akan disuguhi 2 even besar di Indonesia dan juga di dunia. Pemilu Presiden untuk menggantikan Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang telah menjadi ujung tombak negara kita selama 2 periode dan yang telah kita nanti-nantikan Piala Dunia 2014 (yah Indonesia lagi-lagi hanya jadi penonton saja).

2014, tahun politik, Pemilu Presiden. Ini adalah saat-saat menentukan untuk seluruh rakyat Indonesia. Mungkin akan ada yg skeptis "ah sudahlah presidenya siapapun nasibku tetap begini saja." Tapi bagi saya, dengan pemilihan Presiden ini, menentukan akan dibawa kemana Indonesia selanjutnya setelah pemerintahan SBY.
Apakah Presiden berikutnya akan melanjutkan kinerja Presiden SBY yang mungkin di mata sebagian orang memang agak lamban (tapi kalau menurut saya, kalau SBY dinilai kurang kinerjanya gak mungkin dia terpilih sebagai presiden selama 2 periode) atau menjadi Presiden dengan kualitas yang lebih baik lagi? Who knows?

Calon-calon yang muncul yah sama seperti pemilu periode lalu, itu lagi-itu lagi.
Sang capres abadi, Prabowo dan Wiranto kembali muncul untuk mencoba peruntungan apakah berhasil menjadi Presiden atau malah tetap setia menjadi capres abadi Indonesia selamanya.

Sang mantan Presiden wanita pertama Indonesia, Megawati Soekarnoputri dikabarkan masih berminat untuk kembali mengikuti pilpres, mungkin ia masih penasaran untuk memimpin negara ini.

BOSAN, melihat calon presiden masih dari itu-itu saja. Tidak ada refreshing pimpinan sama sekali. Kalau menurut saya yang konyol ialah pencalonan Aburizal Bakrie sebagai presiden untuk periode berikutynya dari salah satu partai terbesar di Indonesia, Golkar. Apakah dia tak berpikir bahwa masih banyak korban Lapindo yang menunggu janji darinya untuk mengganti rugi semua kerugian masyarakat yang menderita karena terkena dampak Lapindo? Saya jujur merasa prihatin dengan partai kuning tersebut yang masih mau mencalonkan Ical, panggilan untuk Aburizal Bakrie, dimana dia masih dalam masalah Lapindo tersebut. Saya tau dengan kapasitasnya sebagai ketua umum Partai Golkar, dia berhak untuk dicalonkan sebagai capres. Dengan dukungan dana melimpah dari Ical yang juga salah satu pengusaha terkaya di Indonesia sebenarnya sah-sah saja jika dia mencalonkan diri sebagai presiden. Tapi sejujurnya dia seharusnya sadar diri dan malu (kalau saya sih begitu) dia berani mencalonkan diri sebagi Presiden tapi masih ada Lapindo yang belum terselesaikan, MIRIS.

Patut diperhatikan melihat tokoh baru yang muncul. Salah satu fenomena di Indonesia, sang mantan walikota Solo yang sekarang berkuasa sebagai Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo atau biasa dipanggil sebagai
Jokowi yang digadang-gadang akan menjadi calon presiden yang terkuat jika ia turun dalam pemilu.
Jokowi jika diajak untuk berbicara tentang kemungkinan untuk menjadi presiden akan selalu mengelak dan berkata ingin konsentrasi untuk mengurus Jakarta yang baru saja dipimpinya. Saya akui fenomena Jokowi benar-benar meledak di Indonesia sehingga dalam jajak pendapat capres, dia selalu menempati tempat tertinggi. Jokowi, si gubernur gaul penyuka band metallica, kalau menurut saya dia hanya menunggu perintah dari atasanya, Megawati. Jika Mega memerintahkanya untuk turun dalam pemilu, maka ia akan manut-manut untuk bertarung di pemilu presiden walau banyak orang Jakarta dan saya tentunya tak menghendaki itu. Saya dan segenap warga Jakarta menghendakinya untuk membereska Jakarta terlebih dahulu, dengan progres yang baik saya yakin saat selesainya periode kepemimpinanya di Jakarta nanti, Jakarta sudah mendekati sempurna walau memang kemacetan dan banjir adalah musuh utama, musuh besar bagi seluruh orang.

Fenomena baru yang juga turut saya setujui untuk bertarung di pilpres nanti adalah Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan. Mencoba untuk berjudi dengan mengikuti konvensi Partai Demokrat. Apasih konvensi itu? Yaitu penyaringan bakal calon presiden yang diadakan Partai Demokrat untuk mencari bibit-bibit pemimpin yang akan dicalonkan untuk menjadi Presiden. Dengan tidak diperbolehkanya SBY, si pengeruk suara untuk turun di pemilu, maka Demokrat mencari cara agar bisa memenangkan pemilu tersebut. Bahkan ada wacana SBY jadi cawapres, tapi yah kita tak tau akan seperti apa nanti.
Oke balik ke Bang Anies, dia tokoh muda. Akademisi dari salah satu Universitas yang baik, tapi apakah bisa ia bertarung di pilpres. Jangankan di pilpres, di konvensi pun akan susah karena sainganya Dahlan Iskan, si menteri BUMN yang terdengar kemana-mana. Sedangkan Anies untuk sebagian orang malah baru terdengar sekarang. Dia membuat apa yang disebut dengan #AyoTurunTangan yang bertujuan untuk mengajak seluruh masyaratak untuk turun tangan membereskan masalah di Indonesia ini.

Sebenarnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mencalonkan diri sebagai capres tapi saya tak terlalu tertarik untuk membahasnya seperti Raja Dangdut Rhoma Irama, Mahfud, Jusuf Kalla dan lain-lain.
Waktu untuk pemilu masih lama, lebih baik kita perhatikan para calon tersebut, bagaimana sikap mereka dan pada akhirnya kita tentukan nasib mereka dengan memilih salah satu dari mereka yang memang sesuai dengan hati anda dan anda yakin dia akan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik, amin.

2 comments: