Pujian Untuk Aremania di situs Hamburg SV |
Suporter di Indonesia terkenal luas sebagai salah satu
fans yang fanatic, tak hanya di Asia Tenggara, bahkan Eropa sekalipun sudah
mengakui tersebut. Terbukti saat klub besar Jerman, Hamburg SV datang ke
Indonesia medio Januari untuk melakoni pertandingan persahabatan dengan klub dari
Jawa Timur, Arema Malang. Walau harus diakui pertandingan tersebut bagi Hamburg
hanya bermotif ekonomi semata karena pelatih mereka, Bert Van Marwijk pun
mengakui bahwa pertandingan persahabatan tersebut yang menempuh jarak sangat
jauh Jerman-Indonesia yang butuh waktu waktu sangat lama dalam perjalanan
sangat melelahkan skuad Hamburg tersebut. Gosipnya mereka dibayar mahal oleh
promotor yang mengundang mereka untuk melakukan partai eksibisi itu. Tapi
setelah pertandingan, para pemain dari Hamburg merasa takjub dengan Aremania,
supporter dari Arema Indonesia. Mereka tak menyangka, di belahan dunia lain,
sebuah Negara yang mungkin belum pernah mereka dengar karena memang tak ada
prestasi sepakbola kita yang membanggakan, mempunyai supporter yang begitu fanatic,
yang tak kenal lelah untuk terus bernyanyi, mendukung tim kesayanganya berlaga
dala pertandingan yang tentunya sangat berarti, tak Cuma untuk Aremania, tapi
juga untuk para pemain Arema sendiri, kapan lagi mereka bisa merasakan satu
lawan satu melawan Rafael Van Der Vaart yang juga salah satu pemain kelas
dunia, bermain di stadion Kanjuruhan yang jika dibandingkan dengan stadion
Hamburg, kalah jauh.
Jika kita melihat situasi stadion di Liga Indonesia
saat pertandingan, hampir pasti penuh terutama untuk tim-tim yang memang
terkenal punya basis supporter yang besar seperti Arema, Persib, Persija,
Persebaya, Persipura dan klub-klub lainya. Setiap ada pertandingan rasanya
seperti satu hari itu diluangkan untuk menonton tim kesayangan bertanding, entah
menonton langsung di stadion atau menonton di layar kaca karena tak sempat
datang ke stadion.
Kreatifitas Slemania |
Atmosfir stadion di
Indonesia begitu mencerminkan bahwa sebetulnya dalam sudut pandang supporter
kita tak kalah dengan supporter dari klub-klub besar Eropa yang biasa kita
tonton di layar kaca, walau tentunya jangan dibandingkan dengan gaya
permainanya dan manajemenya. Kita hanya focus dalam membicarakan supporter
saja. Suporter kita sebetulnya sangat kreatif, jika anda pernah menonton PSS
Sleman saat bertanding maka kalian akan melihat betapa kreatifnya mereka,
koreografi yang menawan walau masih ada kekuragan dengan flare yang masih
menyala di berbagai sudut.
Sebetulnya flare
adalah tradisi, walau memang harus diakui bahwa flare sangat merugikan
pertandingan karena asap yang dihasilkan flare tersebut bisa menggangu jalanya
pertandingan, bahkan pertandingan bisa berhenti untuk sementara sembari
menunggu hilangnya flare tersebut.
Suporter di
Indonesia sangat fanatik, sangat hebat saya rasa. Saya masih ingat saat AFF
2010 dimana euforia meledak dimana-mana mengingat permainan Indonesia yang
begitu menawan walau akhirnya harus kalah di Leg 1 di Bukit Jalil melawan
Malaysia yang sampai sekarang masih jadi misteri apakah ada skandal atau tidak.
Saya ingat disaat situasi mulai lesu, saya dan teman saya pun sudah berniat
untuk menjual kembali tiket untuk Leg 2 yang diadakan di GBK karena sudah tak
ada rasa optimis, tapi membatalkan niat untuk menjualnya karena masih ada
sedikit keyakinan bahwa Indonesia bisa membalikan keadaan. Akhirnya memang
Indonesia tak mampu membalikan keadaan, tapi euforia di Gelora Bung Karno
sungguh luar biasa. Gelora Bung Karno seperti tak mampu untuk menutupi ledakan
ribuan penonton yang ingin mendukung langsung Indonesia melawan musuh bebuyutanya,
melebihi kapasitas dan saya rasa hampir mendekati 100.000 penonton di dalam
stadion dan masih ribuan penonon di luar stadion yang memang tak mendapat
tiket. Bernyanyi bersama demi Merah Putih sampai peluit tanda berakhirnya babak
kedua dibunyikan, saya merasa bangga berada di kerumunan supporter gila ini.
Namun sayang,
fanatisme ini kadang suka terlalu
berlebihan, bahkan merugikan khalayak luas, terutama di tingkat klub. Selalu
saja ada keributan di khalayak supporter terutama jika bertemu dengan klub
rival, seperti derbi Persija-Persib. Bahkan ada kabar selalu saja ada korban
jiwa jika kedua tim ini bertemu. Tentu sangat disayangkan jika klub yang secara
geografis ini hanya berjarak 2 jam ini saling bermusuhan.
Coba bayangkan jika
tak ada permusuhan di antara kedua belah pihak, hanya ada permusuhan di dalam
stadion, yaiutu saling adu kreatifitas dalam mendukung tim masing-masing, itu
akan jadi hiburan yang hebat untuk kedua belah pihak.
Sepakbola itu hebat,
supporter Indonesia itu sangat fanatik denganya. Kalau bisa dimanfaatkan dengan
baik tanpa ditunggangi kepentingan lain, sepakbola bisa jadi alat untuk
pemersatu bangsa sepeti bila timnas bermain, tak peduli dia pendukung klub apa,
darimana, semua akan bersatu, bernyanyi bersama untuk mendukung para pembawa
lambang Garuda mengharumkan Merah Putih di atas lapangan.
“Sepakbola adalah anugerah dari Yang Maha Kuasa untuk
kita semua, manfaatkan dengan sebaik mungkin sebagai alat untuk pemersatu
bangsa, bukan untuk memecah belah bangsa.”