Pages

Total Pageviews

Saturday, 23 April 2016

Teka-Teki Bambang Pamungkas

"Sampai saat ini saya belum tahu apakah akan bermain di ISC atau tidak." - Bambang Pamungkas.

Itu yang dikatakan oleh Bepe, sang legenda Indonesia dan ikon Persija, saat diwawancarai oleh wartawan perihal akan bermainkah dia di kompetisi baru yang akan digulirkan. Bepe pun menyatakan dia mendapat tawaran dari beberapa klub untuk bergabung dan membela tim tersebut walau Bepe tak menyebutkan siapa saja klub-klub tersebut.

Padahal, Ferry Paulus selaku Ketua Persija sudah menyatakan bahwa Bepe akan segera bergabung ke dalam tim, entah itu hanya omongan belaka ataupun memang kenyataan. Bepe yang sudah tidak pernah membela Persija setelah ISL dibubarkan sendiri oleh PSSI pun seperti menebar teka-teki yang tentu saja membuat masyarakat dan tentu saja The Jakmania penasaran.

Tak perlu diragukan lagi, Bepe sangat dirindukan oleh The Jak. Beliau adalah ikon Persija dan sosok kapten yang diharapkan bisa mengangkat moral dan memimpin skuat Persija yang sekarang dihuni oleh pemain-pemain muda. Umurnya memang sudah 36tahun, tapi jiwa kepemimpinanya sangat dirindukan dan diharap bisa membimbing tim muda Persija untuk berbicara lebih banyak di ISC nanti.

Siapa sih yang tak merindukan sundulan maut Bepe yang dimanjakan oleh crossing dari sang wakil kapten, Ismed Sofyan yang juga sudah berumur. Paulo Camargo pun menyatakan bahwa mereka tetap menunggu sang kapten untuk datang dan memimpin kembali Persija. Tapi satu hal yang terlintas di pikiran saya adalah, dimanakah Bepe akan bermain di dalam tim? Apakah peran yang akan diemban olehnya?

Bepe sudah lama tak bermain di lapangan hijau. Mungkin hanya sesekali dia ada di lapangan sepakbola untuk sekedar melepas rindu bersama teman-temanya dan juga sempat bermain dan menjadi kapten dalam ajang AIA Championship yang seperti mini soccer. Selebihnya? Bepe hanya membintangi iklan. Bepe, yang pernah mencetuskan untuk #MenolakTurnamen memang sangat konsisten untuk tetap menolak walau Persija sudah menawarkan berulang kali untuk bergabung, tidak seperti rekan-rekan lainya yang ikut dalam #MenolakTurname tapi dalam kenyataanya tetap membela tim mereka di ajang turnamen yang diselenggarakan. Walaupun nanti Bepe akan kembali bergabung dengan Persija, tentu saja Bepe harus kembali berlatih keras untuk kembali bugar dan menyamakan ritme dengan kawan-kawan satu timnya.

Mungkin peran Bepe akan seperti sang legenda Olimpico, Fransesco Totti yang sekarang menjadi seorang pemimpin dari bangku cadangan dan masuk di menit-menit akhir pertandingan.
Bepe sudah dimakan usia. Memang sedari muda, dia bukanlah striker yang mengandalkan kecepatan, tapi penempatan posisi, penyelesaian akhir dan juga sundulan mautnya serta jiwa kepemimpinan yang diandalkan dari si nomor 20 ini.

Dalam wawancara terakhir Bepe menyatakan "Mungkin tanggal 28 Mei nanti saya akan mengumumkan kemana saya akan berlabuh." Sebagai salah satu fans Persija, saya sangat merindukan dirinya berada di lapangan hijau, menggunakan kostum kebanggaan dengan lambang Monas di dada, mencetak gol dengan sundulan mautnya dan merayakan golnya dengan gayanya yg khas.

Kita berharap semoga tanggal 28 Mei nanti Bepe akan mengumumkan kemana beliau akan berlabuh dan berharap dia tak menyatakan akan pensiun karena kita masih merindukan seorang Bambang Pamungkas 20.

Semoga!


Monday, 28 March 2016

Surat untuk Presiden PSSI

Kepada Yth,
Presiden/Ketua PSSI
La Nyalla Matalliti
Di tempat yang entah dimana hanya bapak dan Tuhan yang tahu

Apa kabar pak? Tidak terdengar kabar dari bapak beberapa hari ini. Hanya terdengar dari berita saja bahwa bapak tidak memenuhi panggilan dari Kejati Jatim. Bapak bagai hilang ditelan bumi.

Bapak, selalu Presiden dari PSSI, Presiden yang memimpin organisasi sepakbola yang digemari oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia, apa tidak merasa malu dengan kasus yang menimpa bapak saat ini? Kenapa bapak malah melawan dan menyatakan tidak akan mengundurkan diri dari PSSI serta menuding adanya konspirasi dengan ditetapkanya bapak sebagai tersangka?

Kami kecewa pak, kami sudah berpengalaman saat PSSI dipimpin oleh Bapak Nurdin Halid dari penjara. Sebagai Ketua atau Presiden (istilah yang bapak populerkan) sudah sepatutnya memberi contoh yang baik, tapi bapak malah memberikan kesan yang buruk dengan ditetapkannya bapak sebagai tersangka kasus korupsi.

Bapak selalu menyatakan bahwa PSSI anti korupsi, diisi oleh orang-orang bersih yang tentu saja masyarakat awam pun tau bahwa yang bapak nyatakan adalah kepalsuan belaka. Di lain konteks, bahkan salah satu petinggi dari PSSI sendiri tidak bisa menjelaskan dengan benar apa itu RASISME dan terkait gaji, disaat mereka memprotes karena tidak mendapat gaji selama berbulan-bulan, KOMDIS menghukum mereka, para pemain, karena mempermalukan sepakbola dan menyatakan,

"Silakan laporkan, tidak perlu semua itu diekspresikan. Itu malah buat malu sepakbola. … Jangan bersikap begitu, main terus meskipun tidak digaji, tapi ujung-ujungnya protes ke PSSI. Kalau mau cinta profesi jadikanlah sepakbola kebanggaan meski gaji tidak turun-turun. Tapi kalau tidak mau tidak digaji, lebih baik setop bermain untuk klub itu, jangan menggadaikan profesionalisme.”(Metrotvnews, 29 Juni 2013). 

Aneh, itu yang pertama kali saya pikirkan dan mungkin juga yang lain pun berpikir sama dengan saya.  Di saat pemain menuntut gaji yang memang sudah menjadi hak-nya, tapi anggota bapak malah menyatakan seperti itu, dimana keadilan pak?

Ya, mungkin bapak bisa bilang kalau itu bukan dibawah kuasa bapak yang saat itu belum menjabat menjadi ketua PSSI. Bagaimana dengan kondisi sepakbola sekarang pak? Apa ada kemajuan yang berarti di persepakbolaan kita? Bapak bisa menyalahkan Menpora karena PSSI disanksi. Tapi, Menpora sudah menyatakan dari awal "Silahkan lanjutkan ISL", tapi bapak dan pemangku kebijakan lainya menstop ISL, dan anehnya klub-klub pun mendukung bapak. Apa yang bapak nyatakan kepada mereka sehingga mereka rela untuk kehilangan satu-satunya penghasilan mereka? Hanyak bapak, mereka dan Tuhan yang tahu.

Saya bukan pembenci PSSI ataupun pembenci Menpora, saya hanya ingin kembali bernyanyi di tribun bersama kawan-kawan suporter lainnya. Tapi saya ingin menyaksikan sepakbola yang bersih, menyaksikan pemain yang bermain dengan semangat tanpa ada pikiran tentang gaji yang tertunggak dan memikirkan nasib keluarga mereka di rumah. Kami tidak ingin itu pak!

Saya, kami, mohon dengan sangat agar bapak segera memenuhi panggilan Kejati agar semua ini bisa terjelaskan seluruhnya. Dan bila bapak tidak merasa melakukan kesalahan, kenapa bapak harus menghidar? Bapak bisa buktikan kalau bapak tidak salah, atau mungkin bapak takut karena salah? Hanya bapak yang tahu.

Tunjukan keberanian bapak, tunjukan kepada kami semua pak, jangan jadi pengecut!
Kami hanya bisa berdoa semoga masalah sepakbola dan masalah bapak bisa segera terselesaikan dan kami bisa berjoget di tribun kembali serta pemain bermain dengan senyum yang lepas.

Salam

Saturday, 18 April 2015

Hasil Dari Kecerdasan PSSI : #SurabayaMelawan

Hari ini, 18 April 2015.
Disaat orang-orang baru bangun dari tidurnya, ribuan bonek berkumpul di Surabaya sana untuk mendemo, mengutarakan pendapat dan menunjukan aksinya dalam rangka memprotes PSSI.
Kebodohan PSSI yang terus berulang, organisasi sepakbola yang mengatasnamakan bangsa Indonesia yang tak henti hentinya bertingkah laku tolol yang selalu bicara bahwa mereka yang terbaik, mereka yang bisa membenarkan sepakbola Indonesia mengadakan Kongres di Surabaya sana.

Bonek 1927, yang mengatasnamakan sebagai pendukung dari Persebaya yang asli, mendemo PSSI yang selama beberapa tahun ini selalu mengacuhkan salah satu klub terbesar di negara ini karena alesan yang tidak masuk akal. Mereka menyangkal dan tidak memberikan izin legalitas untuk Persebaya yang jelas-jelas asli ini. Dan mereka malah mensahkan "Persebaya Klonengan" yang dibentuk saat PSSI terbelah dua dan setelah PSSI "katanya" kembali bersatu, Persebaya yang asli pun dicampakan dan mereka mensahkan "Persebaya Klonengan" atau biasa disebut Perselanyalla merujuk pada salah satu tokoh yang berdiri dan berlindung di Organisasi Sepakbola kita..

Dan belum lama ini, stasiun tv lokal disana yang sedang membahas tentang Sejarah Persebaya, diserang oleh oknum-oknum ormas dan dengan tingkah kampungan salah satu tokoh ormas tersebut menampar Saleh Mukadar, tokoh dari Persebaya 1927 dan orang -orang yang dibawanya mengajak tawuran bonek yang sedang berada distasiun tv tersebut.

Apakah ini bangsa Indonesia yang katanya telah melalui reformasi? Mana kebebasan pers yang dijunjung tinggi? Bukankah ini memalukan? Ini semua cuma perbuatan bodoh dari oknum yang takut bahwa kebeneran yang sebenarnya akan terungkap!

Kembali ke awal ketika BOPI memundurkan kick off ISL. Semua perwakilan tim berkumpul di bandung dan mengadakan rapat dan mereka bilang "Keputusan BOPI sangat merugikan tim". Tapi ketika PSSI dengan alasan yang tidak jelas meliburkan liga yang baru berjalan 2 minggu, suara tim-tim tersebut hilang ditelan bumi, tak ada kata protes sama sekali. Apakah PSSI telah memberi uang yang banyak shingga kalian bisa diam dengan tenang? Kita tidak pernah tau selama PSSI masih seperti ini.

PSSI selalu berkelit bahwa liga sudah profesional. Tapi apa? Gaji pemain tdak dibayar dan mereka bilang profesional. Mereka bilang bahwa pemerintah tidak bisa intervensi tapi ketika Menpora mulai ikut campur, mereka seperti ketar ketir dan mengadu ke DPR dan Wapres tercinta kita yang kita tidak pernah paham pelet apa yang digunakan PSSI sehingga beliau bisa mendukung organisasi keparat itu.

PSSI bicara sudah memajukan sepakbola Indonesia? Membanggakan U-19? Halo PSSI! Kalau bukan karena Indra Syafri, Timnas kita tak akan juara! Kalau bukan karena kalian mengeksploitasi U-19 mungkin kita sudah melaju ke Piala Asia!

Saya yakin, walaupun Bonek sudah berdemo habis habisan, pejabat terhormat di PSSI tak akan sudi mendengar ocehan bonek, mereka tak akan peduli selama mereka bisa menjabat sebagai orang penting di PSSI yang berapa tahun ini selalu diperebutkan layaknya singgasana raja.

Saya dan kami semua penikmat bola yang peduli, yang bukan cuma suporter sepakbola yang hanya berpikir "yang penting tim jagoan gua main bodo amat ama urusan PSSI" berharap banyak dengan ketegasan dari Menpora untuk menindak tegas organisasi tolol yang berprestasi nol dan membuat peringkat Indonesia dibawah Timor Leste, ya TIMOR LESTE!

Teruskan perjuanganmu kawan, kami mendoakan yang terbaik dari jauh semoga perjuangan kalian akan dicerahkan dan membuka kotoran telinga pejabat-pejabat busuk tersebut.

Dari kami, pecinta dan pendamba sepakbola Indonesia untuk Persebaya 1927 dan Sepakbola Indonesia.

#SurabayaMelawan #BekukanPSSI #RevoluPSSI

Sunday, 13 July 2014

Terima Kasih Malaysia

Tak terasa dunia perkuliahan yg saya jalani sudah mulai masuk semester akhir. Ibarat pemain bola, perkuliahan saya sudah memasuki akhir dari karir seorang pemain sepakbola di lapangan.

Semester 5, yap semester terakhir saya dalam menjalani praktek di kampus setelah semester 4 saya menjalani apa yang disebut job training yang dimana membuat saya dan teman teman lain merasakan gilanya dunia industri yang sebenarnya terutama untuk orang-orang yang bukan lulusan sekolah kejuruan (saya lulusan sekolah menengah atas jurusan IPS).

Saya ditransfer ke Negara yang betul-betul asing, Negara yang tak akan pernah terpikirkan oleh saya untuk melanjutkan hidup saat saya masih SMA. Ya, saya ditransfer ke hotel “yang katanya” bintang 5 di ibukota Negara tersebut. Di awal-awal pengumuman saat saya mendengar bahwa saya diterima di hotel tersebut, rasa senang saya meledak bukan main. Saya akan merasakan hidup mandiri di negeri orang, jauh dari orang tua, teman terdekat dan tentu saja teman wanita saya hahaha. Selalu terbayang apa yang akan saya lakukan disana, bagaimana caranya hidup di negeri seberang yang walaupun masih sangat dekat dengan Indonesia, tetap saja itu adalah tempat asing yang hanya saya tahu dari berita. Tapi tak apalah, saya mencoba untuk survive disana, melatih mental saya pikir.

Bulan-bulan pertama, berat! Dimana kita harus beradaptasi dengan kehidupan dan lingkungan sekitar, makanan yang memang membuat mual di awal dan tentu saja tempat kerja yang begitu sulit untuk dijelaskan. Untung saja kami berenam (6 orang mahasiswa kami ditransfer ke hotel ini) berhasil bertahan di hotel ini sampai bulan terakhir.

Caci maki sudah jadi makanan sehari hari disana. Perilaku yang kurang mengenakan dari staff disana yang mungkin agak sedikit sensitif dengan kami yang berasal dari Indonesia (walau tak semua staff) sudah menjadi hal biasa. Pergaulan dengan orang orang lintas Negara, dari Filipina, Srilangka, Nepal, India dan Banglades membuat kami sedikit demi sedikit mengetahui mereka. Sedikit banyak saya berbincang dengan mereka yang mana membuat saya berpikir bahwa nasib saya lebih baik dari mereka. Gaji saya yg hanyalah seorang training hampir sama dengan mereka yang terbang jauh dari Negara mereka, mereka yang bekerja keras untuk menghidupi keluarga mereka di tanah mereka yang jauh disana.

Tak sedikit pula mereka yg pergi ke Malaysia dan bekerja di hotel karena tertipu oleh agen mereka yang memang hampir semua agen penyalur kerja pembual besar. Mereka diiming-imingi gaji besar dan pekerjaan yang baik, tapi sesampai di Malaysia hanyalah menjadi security. Saya mengenal salah satu staff dari Nepal, sebetulnya dia baru saja lulus sekolah, dengan umur 23 tahun dia pergi ke Malaysia dan bekerja di hotel tempat saya training. Tak punya pengalaman apa-apa, para agen tersebut menyalurkan mereka. Yang agak mengherankan adalah pihak hotel yang seperti tutup mata dengan keadaan tersebut. Apakah karena gaji mereka murah sehingga mereka tak peduli para pekerja tersebut punya pengalaman atau tidak? Saya tak tau banyak dan saya tak mau ikut campur dalam urusan mereka.

Akhir job training saya ditutup dengan keceriaan. Para manajer hotel dan staff mengadakan buka bersama sekaligus sebagai perpisahan untuk kami. Ada rasa haru disana, mungkin hanya saya saja yg merasakan. Kami, yang mereka cap “gagal” masih bisa di buatkan pesta perpisahan yang walaupun sederhana tapi bagi saya itu berharga, karena mereka ternyata masih menganggap kami dengan baik. Saya agak terharu Karena bisa saling tertawa dengan manajer hotel yang biasanya selalu memarahi kami di hotel.

Pengalaman gila di sana memang betul-betul membantu kami semua dalam membentuk mental. Di maki oleh tamu, di maki oleh manajer, halah kami semua sudah kenyang.  Disana pun kami bersahabat dengan training yang berasal dari Jakarta, mungkin di awal kami agak skeptis dengan mereka karena Universitas tempat mereka berasal adalah Universitas yang terkenal dengan kaum borjuis. Tapi setelah saling mengenal, ternyata tak ada hal-hal semacam itu di diri mereka. Bahkan saat kami berpisah di Soetta, 2 orang dari mereka menangis karena memang akhirnya kita bersepuluh (mereka ada 4 orang) berhasil lolos dari dunia gila di sana.

Bulan Agustus nanti, dengan modal pengalaman job training dan tentu saja dengan jas cokelat kebanggan kampus yang menandakan bahwa kami sudah memasuki semester senja di kampus akan menjadi manajer bohongan yang akan memimpin praktek di kampus. Memang waktu berlalu sangat sangat cepat yah, sudah hampir 2 tahun lebih saya kuliah, bersama kawan-kawan baru di kampus. Dan tahun depan adalah saat-saat terberat dimana saya akan memulai membuat TA (Tugas Akhir, semacam skripsi di S1 tapi TA untuk D3) setelah itu pun lulus dan memulai hidup sebagai pekerja, tak bisa lagi menikmati hidup sebagai mahasiswa yang “Emang Semau Gue.”

Malaysia, anda berhasil memberikan pengalaman hidup yang tak ternilai harganya, berhasil mengajarkan kerasnya hidup mandiri tanpa orang tua disana, hanya berbekal kepercayaan pada diri sendiri dan teman-teman, terima kasih atas caci maki yang kami terima disana,


Terima Kasih Malaysia.

Thursday, 27 March 2014

Fanatiknya Suporter Indonesia dan Sepakbola Alat Pemersatu Bangsa

Indonesia, negeri yang mempunyai puluhan juta jiwa penduduk yang tersebar di ribuan pulau ini mempunyai beragam, beraneka budaya, perbedaan sifat, dan banyak lagi perbedaan antara satu orang dengan yang lainya. Tapi, ada satu hal yang bisa membuat mereka bersatu, tanpa mengenal asal muasal seseorang, status ekonomi, logat, dan lainya yaitu satu olahraga yang sangat disukai dan dicintai di negeri ini walau memang tak pernah menghasilkan suatu prestasi yang membanggakan, sepakbola.

Pujian Untuk Aremania di situs Hamburg SV
Suporter di Indonesia terkenal luas sebagai salah satu fans yang fanatic, tak hanya di Asia Tenggara, bahkan Eropa sekalipun sudah mengakui tersebut. Terbukti saat klub besar Jerman, Hamburg SV datang ke Indonesia medio Januari untuk melakoni pertandingan persahabatan dengan klub dari Jawa Timur, Arema Malang. Walau harus diakui pertandingan tersebut bagi Hamburg hanya bermotif ekonomi semata karena pelatih mereka, Bert Van Marwijk pun mengakui bahwa pertandingan persahabatan tersebut yang menempuh jarak sangat jauh Jerman-Indonesia yang butuh waktu waktu sangat lama dalam perjalanan sangat melelahkan skuad Hamburg tersebut. Gosipnya mereka dibayar mahal oleh promotor yang mengundang mereka untuk melakukan partai eksibisi itu. Tapi setelah pertandingan, para pemain dari Hamburg merasa takjub dengan Aremania, supporter dari Arema Indonesia. Mereka tak menyangka, di belahan dunia lain, sebuah Negara yang mungkin belum pernah mereka dengar karena memang tak ada prestasi sepakbola kita yang membanggakan, mempunyai supporter yang begitu fanatic, yang tak kenal lelah untuk terus bernyanyi, mendukung tim kesayanganya berlaga dala pertandingan yang tentunya sangat berarti, tak Cuma untuk Aremania, tapi juga untuk para pemain Arema sendiri, kapan lagi mereka bisa merasakan satu lawan satu melawan Rafael Van Der Vaart yang juga salah satu pemain kelas dunia, bermain di stadion Kanjuruhan yang jika dibandingkan dengan stadion Hamburg, kalah jauh.

Jika kita melihat situasi stadion di Liga Indonesia saat pertandingan, hampir pasti penuh terutama untuk tim-tim yang memang terkenal punya basis supporter yang besar seperti Arema, Persib, Persija, Persebaya, Persipura dan klub-klub lainya. Setiap ada pertandingan rasanya seperti satu hari itu diluangkan untuk menonton tim kesayangan bertanding, entah menonton langsung di stadion atau menonton di layar kaca karena tak sempat datang ke stadion.

Kreatifitas Slemania
Atmosfir stadion di Indonesia begitu mencerminkan bahwa sebetulnya dalam sudut pandang supporter kita tak kalah dengan supporter dari klub-klub besar Eropa yang biasa kita tonton di layar kaca, walau tentunya jangan dibandingkan dengan gaya permainanya dan manajemenya. Kita hanya focus dalam membicarakan supporter saja. Suporter kita sebetulnya sangat kreatif, jika anda pernah menonton PSS Sleman saat bertanding maka kalian akan melihat betapa kreatifnya mereka, koreografi yang menawan walau masih ada kekuragan dengan flare yang masih menyala di berbagai sudut.
Sebetulnya flare adalah tradisi, walau memang harus diakui bahwa flare sangat merugikan pertandingan karena asap yang dihasilkan flare tersebut bisa menggangu jalanya pertandingan, bahkan pertandingan bisa berhenti untuk sementara sembari menunggu hilangnya flare tersebut.


Suporter di Indonesia sangat fanatik, sangat hebat saya rasa. Saya masih ingat saat AFF 2010 dimana euforia meledak dimana-mana mengingat permainan Indonesia yang begitu menawan walau akhirnya harus kalah di Leg 1 di Bukit Jalil melawan Malaysia yang sampai sekarang masih jadi misteri apakah ada skandal atau tidak. Saya ingat disaat situasi mulai lesu, saya dan teman saya pun sudah berniat untuk menjual kembali tiket untuk Leg 2 yang diadakan di GBK karena sudah tak ada rasa optimis, tapi membatalkan niat untuk menjualnya karena masih ada sedikit keyakinan bahwa Indonesia bisa membalikan keadaan. Akhirnya memang Indonesia tak mampu membalikan keadaan, tapi euforia di Gelora Bung Karno sungguh luar biasa. Gelora Bung Karno seperti tak mampu untuk menutupi ledakan ribuan penonton yang ingin mendukung langsung Indonesia melawan musuh bebuyutanya, melebihi kapasitas dan saya rasa hampir mendekati 100.000 penonton di dalam stadion dan masih ribuan penonon di luar stadion yang memang tak mendapat tiket. Bernyanyi bersama demi Merah Putih sampai peluit tanda berakhirnya babak kedua dibunyikan, saya merasa bangga berada di kerumunan supporter gila ini.

Namun sayang, fanatisme ini kadang suka  terlalu berlebihan, bahkan merugikan khalayak luas, terutama di tingkat klub. Selalu saja ada keributan di khalayak supporter terutama jika bertemu dengan klub rival, seperti derbi Persija-Persib. Bahkan ada kabar selalu saja ada korban jiwa jika kedua tim ini bertemu. Tentu sangat disayangkan jika klub yang secara geografis ini hanya berjarak 2 jam ini saling bermusuhan.
Coba bayangkan jika tak ada permusuhan di antara kedua belah pihak, hanya ada permusuhan di dalam stadion, yaiutu saling adu kreatifitas dalam mendukung tim masing-masing, itu akan jadi hiburan yang hebat untuk kedua belah pihak.

Sepakbola itu hebat, supporter Indonesia itu sangat fanatik denganya. Kalau bisa dimanfaatkan dengan baik tanpa ditunggangi kepentingan lain, sepakbola bisa jadi alat untuk pemersatu bangsa sepeti bila timnas bermain, tak peduli dia pendukung klub apa, darimana, semua akan bersatu, bernyanyi bersama untuk mendukung para pembawa lambang Garuda mengharumkan Merah Putih di atas lapangan.


“Sepakbola adalah anugerah dari Yang Maha Kuasa untuk kita semua, manfaatkan dengan sebaik mungkin sebagai alat untuk pemersatu bangsa, bukan untuk memecah belah bangsa.”

Sunday, 23 March 2014

Passion ?

Passion, apa sih passion sebenernya? Kenapa banyak orang yang suka bicara tentang passion-passion apalah itu. Apa sih sebenernya?

Menurut saya pribadi sih, passion itu semacam keinginan yang memang benar-benar kita inginkan untuk melakukanya. Tapi, ga semua yang kita lakuin itu sesuai dengan passion kita sendiri. Gak semua yang kita lakuin itu sesuai dengan apa yang sebenernya kita pengen. Kadang kita ngeliat orang yang ngejalanin hidup ataupun pekerjaanya yang memang sesuai dengan passionya. Dan kita pun seketika merasa agak sedikit iri, kenapa kita gak bisa kaya mereka? Kenapa kita gak ngejalanin hidup dan pekerjaan sesuai dengan passion kita? Yang bener-bener kita inginkan ? Kenapa mereka bisa sedagkan kita enggak ? Apa ada yang salah?
Kalau kata orang-orang, masa depan itu misteri. Ibarat kata hidup kita itu kaya novel yang masih dalam masa penulisan. Kita ga selamanya bisa ngelakuin semuanya sesuai dengan apa yang kita pengen. Saya pengen jadi jurnalis, tapi sekarang saya kuliah di perhotelan. Gak semuanya sesuai dengan apa yg lo pengen. 

Walaupun hati nolak, tapi itu memang kewajiban dan Alhamdulillah saya sekarang sudah hampir lulus, satu tahun lagi insya allah. Walau perhotelan bukan passion saya, seenggaknya itu memang pilihan sejak awal. Kita memilih, kita tanggung jawab dengan pilihan tersebut, simple. Ini bukan game yang bisa kita restart lagi kalo udah nyesel, ini dunia nyata yang gak ada kata restart, yang ada Cuma continue .  Yang bisa kita lakuin Cuma ngejalanin semuanya dengan seikhlas mungkin, walau emang ngerasa “ini bukan passion gue” tapi itu pilihan lo, ya tanggung jawab dengan pilihan. Sama aja kaya lo mutusin buat pacaran, nah harus tanggung jawab kan sama hubunganya. Passion ga selamnya harus kita turutin karena ga selamanya passion itu bakal ngedatengin kesuksesan dalam hidup, kalau menurut saya sih gitu walau emang banyak teman saya yang ngejalanin hidupnya sesuai dengan passion mereka sebagai musisi and they can. 

Okey, passion ga selamanya harus jadi yang utama dalam hidup, kita bisa lakuin itu jadi side job, anggep aja nyalurin hobi yang bisa dilakuin kalo lagi ga sibuk dengan kerjaan. Inget aja, hidup cuma sekali, jangan selalu ikutin kata hati, pikir pake logika dan pakai pertimbangan yang matang.


There’s no second chance, life is not Nintendo game – 2Pac. 

Now You Better Believe! #YNWA

Ini cerita tentang klub yang pernah Berjaya di era sebelum 90an. Klub yang begitu ditakuti di seantero Eropa yang mendengar namanya saja, lawan pun ciut karena kedahsyatan mereka. Mereka merajai Inggris dan juga Eropa, dengan 18 gelar liga Inggris dan 4 gelar Liga Champions di era 60-80an, mereka begitu dihormati. Tapi semua berubah saat memasuki era 90an, dimana era Liga Premier dimulai.  Klub yang dulu begitu merajai Inggris berhenti mendadak, stuck di masa lalu seakan akan tak bisa move on dari masa lalu. Tak perna berhasil meraih gelar liga Inggris, hanya gelar minor di Inggris dan Eropa.

Untunglah di tahun 2005, keajaiban itu mucul. Perjalanan menuju final yang begitu berkelas diwarnai kontroversi di semifinal saat gol si nomor 10 yang masih diperdebatkan sudah melewati garis atau belum yang berhasil mengantar klub ini melaju ke Istanbul, tempat digelarnya final UEFA Champions League. Di final, lawanya adalah salah satu raksasa Italia, Eropa dan dunia. Sama-sama berbaju merah dengan materi pemain yang jika di atas kertas, klub dari Inggris ini taka da apa-apanya. Dan benar saja, di babak pertama, klub Inggris ini tak berdaya dan diluluh lantakan 0-3 oleh raksasa Italia ini.

Entah apa yang dilakukan sang pelatih dari klub Inggris tersebut, memasuki babak kedua, diawali dengan gol header dari sang kapten, tendangan dari luar kotak penalti pemain cadangan yg baru saja masuk, dan penalti yang walau berhasil di tepis tapi sang pemain berhasil memanfaatkan bola rebound tersebut, skor berubah menjadi 3-3 hanya dalam waktu 6 menit! Semua tercengang, bahkan para pemain dari klub italia tersebut yang kabarnya sudah bernyanyi seakan mereka akan juara dengan mudah saat istirahat babak pertama, terkesan shock, tak percaya bahwa klub asal Inggris ini bisa memutar balikan semuanya.


Penampilan hebat klub  Inggris ini yang berhasil menahan gempuran raksasa Italia termasuk saat babak perpanjangan waktu, striker tajam klub Italia asal Ukraina tinggal one-on-one dengan kipper tapi seperti grogi dia tak bisa menceploskan bola ke gawang. Dan akhirnya pertandingan melaju ke babak penalty, beberapa penendang dari kedua belah pihak sama-sama ada yg berhasil dan tidak berhasil. Akhirnya penentuan ada di pundak sang striker asal Ukraina yg td gagal dalam one-on-one dengan kiper klub Inggris asal Polandia. Suasana stadion dan pemain dari kedua belah pihak terdiam, mencekam menanti hasil dari penalty ini. Dan,  sang striker Ukraina itu menendang bola ke tengah dan kipper polandia tersebut sudah salah jatuh ke kanan, tapi tanganya masih bisa menggapai bola tersebut. Dan anda pun tahu siapa klub yang saya maksud di atas dan istilah terkenal mereka, “Miracle of Istanbul”. Yap, Liverpool berhasil membuat rugi rumah judi dengan membuktikan bahwa mereka bisa menjadi juara melawan sang raksasa Italia, AC Milan.

Musim ini, setelah beberapa tahun Liverpool absen di Eropa karena masalah performa dan lain-lain, sekarang terlihat bahwa tim ini memang seharusnya pentas di Eropa, karena sudah tradisi mereka untuk tampil di Eropa. Permainan yg ciamik di bawah komando sang pelatih muda, Brendan Rodgers, dibawah bimbingan sang kapten legendaris, satu-satunya pemain yang tersisa dari skuad Miracle of Istanbul, Steven Gerrard dan duet maut di lini depan SAS, Suarez-Sturridge yang masing sudah mencetak 27-19 gol di Liga Inggris dan juga belum pernah kalah di tahun 2014 ini. Setalah terakhir menjadi kandidat juara di tahun 2008 yang mengakhiri musim di posisi kedua, sekarang menjadi title contender lagi berkat permainan yng mengesankan dari Anfield Gang ini. Target utama di awal musim adalah merebut jatah ke Liga Champions, hal yg sudah 70-80% akan di raih, lama-kelamaan berubah menjadi perebut gelar juara, suatu hal yg diidam-idamkan karena sudah 20 tahun lebih Liverpool tak meraihnya. Nada optimisme dari supporter coba diredam oleh Rodgers yang selalu bilang kalau Liverpool tak pernah memikirkan gelar juara, hanya liga chmapions saja. Tapi dari penampilan klub sampai sekarang, siapa yg meragukan kemampuan Liverpool untuk jadi juara? Saya ingat saat Liverpool mengalahkan MU 0-3 di Old Trafford, komentatornya bilang “ Title Contender? Now you better believe” Harapan memang selalu ada tapi skuad Liverpool selalu bilang hanya focus ke laga berikutnya, karena nanti mereka masih akan melawan City dan Chelsea di Anfield, 2 pesain terkuat saat ini dalam merebut gelar. Tapi tak ada yang tak mungkin, mungkin nanti ada Miracle lain setelah Miracle of Istanbul.


Now, You Better Believe! #YNWA