Pages

Total Pageviews

Sunday, 13 July 2014

Terima Kasih Malaysia

Tak terasa dunia perkuliahan yg saya jalani sudah mulai masuk semester akhir. Ibarat pemain bola, perkuliahan saya sudah memasuki akhir dari karir seorang pemain sepakbola di lapangan.

Semester 5, yap semester terakhir saya dalam menjalani praktek di kampus setelah semester 4 saya menjalani apa yang disebut job training yang dimana membuat saya dan teman teman lain merasakan gilanya dunia industri yang sebenarnya terutama untuk orang-orang yang bukan lulusan sekolah kejuruan (saya lulusan sekolah menengah atas jurusan IPS).

Saya ditransfer ke Negara yang betul-betul asing, Negara yang tak akan pernah terpikirkan oleh saya untuk melanjutkan hidup saat saya masih SMA. Ya, saya ditransfer ke hotel “yang katanya” bintang 5 di ibukota Negara tersebut. Di awal-awal pengumuman saat saya mendengar bahwa saya diterima di hotel tersebut, rasa senang saya meledak bukan main. Saya akan merasakan hidup mandiri di negeri orang, jauh dari orang tua, teman terdekat dan tentu saja teman wanita saya hahaha. Selalu terbayang apa yang akan saya lakukan disana, bagaimana caranya hidup di negeri seberang yang walaupun masih sangat dekat dengan Indonesia, tetap saja itu adalah tempat asing yang hanya saya tahu dari berita. Tapi tak apalah, saya mencoba untuk survive disana, melatih mental saya pikir.

Bulan-bulan pertama, berat! Dimana kita harus beradaptasi dengan kehidupan dan lingkungan sekitar, makanan yang memang membuat mual di awal dan tentu saja tempat kerja yang begitu sulit untuk dijelaskan. Untung saja kami berenam (6 orang mahasiswa kami ditransfer ke hotel ini) berhasil bertahan di hotel ini sampai bulan terakhir.

Caci maki sudah jadi makanan sehari hari disana. Perilaku yang kurang mengenakan dari staff disana yang mungkin agak sedikit sensitif dengan kami yang berasal dari Indonesia (walau tak semua staff) sudah menjadi hal biasa. Pergaulan dengan orang orang lintas Negara, dari Filipina, Srilangka, Nepal, India dan Banglades membuat kami sedikit demi sedikit mengetahui mereka. Sedikit banyak saya berbincang dengan mereka yang mana membuat saya berpikir bahwa nasib saya lebih baik dari mereka. Gaji saya yg hanyalah seorang training hampir sama dengan mereka yang terbang jauh dari Negara mereka, mereka yang bekerja keras untuk menghidupi keluarga mereka di tanah mereka yang jauh disana.

Tak sedikit pula mereka yg pergi ke Malaysia dan bekerja di hotel karena tertipu oleh agen mereka yang memang hampir semua agen penyalur kerja pembual besar. Mereka diiming-imingi gaji besar dan pekerjaan yang baik, tapi sesampai di Malaysia hanyalah menjadi security. Saya mengenal salah satu staff dari Nepal, sebetulnya dia baru saja lulus sekolah, dengan umur 23 tahun dia pergi ke Malaysia dan bekerja di hotel tempat saya training. Tak punya pengalaman apa-apa, para agen tersebut menyalurkan mereka. Yang agak mengherankan adalah pihak hotel yang seperti tutup mata dengan keadaan tersebut. Apakah karena gaji mereka murah sehingga mereka tak peduli para pekerja tersebut punya pengalaman atau tidak? Saya tak tau banyak dan saya tak mau ikut campur dalam urusan mereka.

Akhir job training saya ditutup dengan keceriaan. Para manajer hotel dan staff mengadakan buka bersama sekaligus sebagai perpisahan untuk kami. Ada rasa haru disana, mungkin hanya saya saja yg merasakan. Kami, yang mereka cap “gagal” masih bisa di buatkan pesta perpisahan yang walaupun sederhana tapi bagi saya itu berharga, karena mereka ternyata masih menganggap kami dengan baik. Saya agak terharu Karena bisa saling tertawa dengan manajer hotel yang biasanya selalu memarahi kami di hotel.

Pengalaman gila di sana memang betul-betul membantu kami semua dalam membentuk mental. Di maki oleh tamu, di maki oleh manajer, halah kami semua sudah kenyang.  Disana pun kami bersahabat dengan training yang berasal dari Jakarta, mungkin di awal kami agak skeptis dengan mereka karena Universitas tempat mereka berasal adalah Universitas yang terkenal dengan kaum borjuis. Tapi setelah saling mengenal, ternyata tak ada hal-hal semacam itu di diri mereka. Bahkan saat kami berpisah di Soetta, 2 orang dari mereka menangis karena memang akhirnya kita bersepuluh (mereka ada 4 orang) berhasil lolos dari dunia gila di sana.

Bulan Agustus nanti, dengan modal pengalaman job training dan tentu saja dengan jas cokelat kebanggan kampus yang menandakan bahwa kami sudah memasuki semester senja di kampus akan menjadi manajer bohongan yang akan memimpin praktek di kampus. Memang waktu berlalu sangat sangat cepat yah, sudah hampir 2 tahun lebih saya kuliah, bersama kawan-kawan baru di kampus. Dan tahun depan adalah saat-saat terberat dimana saya akan memulai membuat TA (Tugas Akhir, semacam skripsi di S1 tapi TA untuk D3) setelah itu pun lulus dan memulai hidup sebagai pekerja, tak bisa lagi menikmati hidup sebagai mahasiswa yang “Emang Semau Gue.”

Malaysia, anda berhasil memberikan pengalaman hidup yang tak ternilai harganya, berhasil mengajarkan kerasnya hidup mandiri tanpa orang tua disana, hanya berbekal kepercayaan pada diri sendiri dan teman-teman, terima kasih atas caci maki yang kami terima disana,


Terima Kasih Malaysia.

Thursday, 27 March 2014

Fanatiknya Suporter Indonesia dan Sepakbola Alat Pemersatu Bangsa

Indonesia, negeri yang mempunyai puluhan juta jiwa penduduk yang tersebar di ribuan pulau ini mempunyai beragam, beraneka budaya, perbedaan sifat, dan banyak lagi perbedaan antara satu orang dengan yang lainya. Tapi, ada satu hal yang bisa membuat mereka bersatu, tanpa mengenal asal muasal seseorang, status ekonomi, logat, dan lainya yaitu satu olahraga yang sangat disukai dan dicintai di negeri ini walau memang tak pernah menghasilkan suatu prestasi yang membanggakan, sepakbola.

Pujian Untuk Aremania di situs Hamburg SV
Suporter di Indonesia terkenal luas sebagai salah satu fans yang fanatic, tak hanya di Asia Tenggara, bahkan Eropa sekalipun sudah mengakui tersebut. Terbukti saat klub besar Jerman, Hamburg SV datang ke Indonesia medio Januari untuk melakoni pertandingan persahabatan dengan klub dari Jawa Timur, Arema Malang. Walau harus diakui pertandingan tersebut bagi Hamburg hanya bermotif ekonomi semata karena pelatih mereka, Bert Van Marwijk pun mengakui bahwa pertandingan persahabatan tersebut yang menempuh jarak sangat jauh Jerman-Indonesia yang butuh waktu waktu sangat lama dalam perjalanan sangat melelahkan skuad Hamburg tersebut. Gosipnya mereka dibayar mahal oleh promotor yang mengundang mereka untuk melakukan partai eksibisi itu. Tapi setelah pertandingan, para pemain dari Hamburg merasa takjub dengan Aremania, supporter dari Arema Indonesia. Mereka tak menyangka, di belahan dunia lain, sebuah Negara yang mungkin belum pernah mereka dengar karena memang tak ada prestasi sepakbola kita yang membanggakan, mempunyai supporter yang begitu fanatic, yang tak kenal lelah untuk terus bernyanyi, mendukung tim kesayanganya berlaga dala pertandingan yang tentunya sangat berarti, tak Cuma untuk Aremania, tapi juga untuk para pemain Arema sendiri, kapan lagi mereka bisa merasakan satu lawan satu melawan Rafael Van Der Vaart yang juga salah satu pemain kelas dunia, bermain di stadion Kanjuruhan yang jika dibandingkan dengan stadion Hamburg, kalah jauh.

Jika kita melihat situasi stadion di Liga Indonesia saat pertandingan, hampir pasti penuh terutama untuk tim-tim yang memang terkenal punya basis supporter yang besar seperti Arema, Persib, Persija, Persebaya, Persipura dan klub-klub lainya. Setiap ada pertandingan rasanya seperti satu hari itu diluangkan untuk menonton tim kesayangan bertanding, entah menonton langsung di stadion atau menonton di layar kaca karena tak sempat datang ke stadion.

Kreatifitas Slemania
Atmosfir stadion di Indonesia begitu mencerminkan bahwa sebetulnya dalam sudut pandang supporter kita tak kalah dengan supporter dari klub-klub besar Eropa yang biasa kita tonton di layar kaca, walau tentunya jangan dibandingkan dengan gaya permainanya dan manajemenya. Kita hanya focus dalam membicarakan supporter saja. Suporter kita sebetulnya sangat kreatif, jika anda pernah menonton PSS Sleman saat bertanding maka kalian akan melihat betapa kreatifnya mereka, koreografi yang menawan walau masih ada kekuragan dengan flare yang masih menyala di berbagai sudut.
Sebetulnya flare adalah tradisi, walau memang harus diakui bahwa flare sangat merugikan pertandingan karena asap yang dihasilkan flare tersebut bisa menggangu jalanya pertandingan, bahkan pertandingan bisa berhenti untuk sementara sembari menunggu hilangnya flare tersebut.


Suporter di Indonesia sangat fanatik, sangat hebat saya rasa. Saya masih ingat saat AFF 2010 dimana euforia meledak dimana-mana mengingat permainan Indonesia yang begitu menawan walau akhirnya harus kalah di Leg 1 di Bukit Jalil melawan Malaysia yang sampai sekarang masih jadi misteri apakah ada skandal atau tidak. Saya ingat disaat situasi mulai lesu, saya dan teman saya pun sudah berniat untuk menjual kembali tiket untuk Leg 2 yang diadakan di GBK karena sudah tak ada rasa optimis, tapi membatalkan niat untuk menjualnya karena masih ada sedikit keyakinan bahwa Indonesia bisa membalikan keadaan. Akhirnya memang Indonesia tak mampu membalikan keadaan, tapi euforia di Gelora Bung Karno sungguh luar biasa. Gelora Bung Karno seperti tak mampu untuk menutupi ledakan ribuan penonton yang ingin mendukung langsung Indonesia melawan musuh bebuyutanya, melebihi kapasitas dan saya rasa hampir mendekati 100.000 penonton di dalam stadion dan masih ribuan penonon di luar stadion yang memang tak mendapat tiket. Bernyanyi bersama demi Merah Putih sampai peluit tanda berakhirnya babak kedua dibunyikan, saya merasa bangga berada di kerumunan supporter gila ini.

Namun sayang, fanatisme ini kadang suka  terlalu berlebihan, bahkan merugikan khalayak luas, terutama di tingkat klub. Selalu saja ada keributan di khalayak supporter terutama jika bertemu dengan klub rival, seperti derbi Persija-Persib. Bahkan ada kabar selalu saja ada korban jiwa jika kedua tim ini bertemu. Tentu sangat disayangkan jika klub yang secara geografis ini hanya berjarak 2 jam ini saling bermusuhan.
Coba bayangkan jika tak ada permusuhan di antara kedua belah pihak, hanya ada permusuhan di dalam stadion, yaiutu saling adu kreatifitas dalam mendukung tim masing-masing, itu akan jadi hiburan yang hebat untuk kedua belah pihak.

Sepakbola itu hebat, supporter Indonesia itu sangat fanatik denganya. Kalau bisa dimanfaatkan dengan baik tanpa ditunggangi kepentingan lain, sepakbola bisa jadi alat untuk pemersatu bangsa sepeti bila timnas bermain, tak peduli dia pendukung klub apa, darimana, semua akan bersatu, bernyanyi bersama untuk mendukung para pembawa lambang Garuda mengharumkan Merah Putih di atas lapangan.


“Sepakbola adalah anugerah dari Yang Maha Kuasa untuk kita semua, manfaatkan dengan sebaik mungkin sebagai alat untuk pemersatu bangsa, bukan untuk memecah belah bangsa.”

Sunday, 23 March 2014

Passion ?

Passion, apa sih passion sebenernya? Kenapa banyak orang yang suka bicara tentang passion-passion apalah itu. Apa sih sebenernya?

Menurut saya pribadi sih, passion itu semacam keinginan yang memang benar-benar kita inginkan untuk melakukanya. Tapi, ga semua yang kita lakuin itu sesuai dengan passion kita sendiri. Gak semua yang kita lakuin itu sesuai dengan apa yang sebenernya kita pengen. Kadang kita ngeliat orang yang ngejalanin hidup ataupun pekerjaanya yang memang sesuai dengan passionya. Dan kita pun seketika merasa agak sedikit iri, kenapa kita gak bisa kaya mereka? Kenapa kita gak ngejalanin hidup dan pekerjaan sesuai dengan passion kita? Yang bener-bener kita inginkan ? Kenapa mereka bisa sedagkan kita enggak ? Apa ada yang salah?
Kalau kata orang-orang, masa depan itu misteri. Ibarat kata hidup kita itu kaya novel yang masih dalam masa penulisan. Kita ga selamanya bisa ngelakuin semuanya sesuai dengan apa yang kita pengen. Saya pengen jadi jurnalis, tapi sekarang saya kuliah di perhotelan. Gak semuanya sesuai dengan apa yg lo pengen. 

Walaupun hati nolak, tapi itu memang kewajiban dan Alhamdulillah saya sekarang sudah hampir lulus, satu tahun lagi insya allah. Walau perhotelan bukan passion saya, seenggaknya itu memang pilihan sejak awal. Kita memilih, kita tanggung jawab dengan pilihan tersebut, simple. Ini bukan game yang bisa kita restart lagi kalo udah nyesel, ini dunia nyata yang gak ada kata restart, yang ada Cuma continue .  Yang bisa kita lakuin Cuma ngejalanin semuanya dengan seikhlas mungkin, walau emang ngerasa “ini bukan passion gue” tapi itu pilihan lo, ya tanggung jawab dengan pilihan. Sama aja kaya lo mutusin buat pacaran, nah harus tanggung jawab kan sama hubunganya. Passion ga selamnya harus kita turutin karena ga selamanya passion itu bakal ngedatengin kesuksesan dalam hidup, kalau menurut saya sih gitu walau emang banyak teman saya yang ngejalanin hidupnya sesuai dengan passion mereka sebagai musisi and they can. 

Okey, passion ga selamanya harus jadi yang utama dalam hidup, kita bisa lakuin itu jadi side job, anggep aja nyalurin hobi yang bisa dilakuin kalo lagi ga sibuk dengan kerjaan. Inget aja, hidup cuma sekali, jangan selalu ikutin kata hati, pikir pake logika dan pakai pertimbangan yang matang.


There’s no second chance, life is not Nintendo game – 2Pac. 

Now You Better Believe! #YNWA

Ini cerita tentang klub yang pernah Berjaya di era sebelum 90an. Klub yang begitu ditakuti di seantero Eropa yang mendengar namanya saja, lawan pun ciut karena kedahsyatan mereka. Mereka merajai Inggris dan juga Eropa, dengan 18 gelar liga Inggris dan 4 gelar Liga Champions di era 60-80an, mereka begitu dihormati. Tapi semua berubah saat memasuki era 90an, dimana era Liga Premier dimulai.  Klub yang dulu begitu merajai Inggris berhenti mendadak, stuck di masa lalu seakan akan tak bisa move on dari masa lalu. Tak perna berhasil meraih gelar liga Inggris, hanya gelar minor di Inggris dan Eropa.

Untunglah di tahun 2005, keajaiban itu mucul. Perjalanan menuju final yang begitu berkelas diwarnai kontroversi di semifinal saat gol si nomor 10 yang masih diperdebatkan sudah melewati garis atau belum yang berhasil mengantar klub ini melaju ke Istanbul, tempat digelarnya final UEFA Champions League. Di final, lawanya adalah salah satu raksasa Italia, Eropa dan dunia. Sama-sama berbaju merah dengan materi pemain yang jika di atas kertas, klub dari Inggris ini taka da apa-apanya. Dan benar saja, di babak pertama, klub Inggris ini tak berdaya dan diluluh lantakan 0-3 oleh raksasa Italia ini.

Entah apa yang dilakukan sang pelatih dari klub Inggris tersebut, memasuki babak kedua, diawali dengan gol header dari sang kapten, tendangan dari luar kotak penalti pemain cadangan yg baru saja masuk, dan penalti yang walau berhasil di tepis tapi sang pemain berhasil memanfaatkan bola rebound tersebut, skor berubah menjadi 3-3 hanya dalam waktu 6 menit! Semua tercengang, bahkan para pemain dari klub italia tersebut yang kabarnya sudah bernyanyi seakan mereka akan juara dengan mudah saat istirahat babak pertama, terkesan shock, tak percaya bahwa klub asal Inggris ini bisa memutar balikan semuanya.


Penampilan hebat klub  Inggris ini yang berhasil menahan gempuran raksasa Italia termasuk saat babak perpanjangan waktu, striker tajam klub Italia asal Ukraina tinggal one-on-one dengan kipper tapi seperti grogi dia tak bisa menceploskan bola ke gawang. Dan akhirnya pertandingan melaju ke babak penalty, beberapa penendang dari kedua belah pihak sama-sama ada yg berhasil dan tidak berhasil. Akhirnya penentuan ada di pundak sang striker asal Ukraina yg td gagal dalam one-on-one dengan kiper klub Inggris asal Polandia. Suasana stadion dan pemain dari kedua belah pihak terdiam, mencekam menanti hasil dari penalty ini. Dan,  sang striker Ukraina itu menendang bola ke tengah dan kipper polandia tersebut sudah salah jatuh ke kanan, tapi tanganya masih bisa menggapai bola tersebut. Dan anda pun tahu siapa klub yang saya maksud di atas dan istilah terkenal mereka, “Miracle of Istanbul”. Yap, Liverpool berhasil membuat rugi rumah judi dengan membuktikan bahwa mereka bisa menjadi juara melawan sang raksasa Italia, AC Milan.

Musim ini, setelah beberapa tahun Liverpool absen di Eropa karena masalah performa dan lain-lain, sekarang terlihat bahwa tim ini memang seharusnya pentas di Eropa, karena sudah tradisi mereka untuk tampil di Eropa. Permainan yg ciamik di bawah komando sang pelatih muda, Brendan Rodgers, dibawah bimbingan sang kapten legendaris, satu-satunya pemain yang tersisa dari skuad Miracle of Istanbul, Steven Gerrard dan duet maut di lini depan SAS, Suarez-Sturridge yang masing sudah mencetak 27-19 gol di Liga Inggris dan juga belum pernah kalah di tahun 2014 ini. Setalah terakhir menjadi kandidat juara di tahun 2008 yang mengakhiri musim di posisi kedua, sekarang menjadi title contender lagi berkat permainan yng mengesankan dari Anfield Gang ini. Target utama di awal musim adalah merebut jatah ke Liga Champions, hal yg sudah 70-80% akan di raih, lama-kelamaan berubah menjadi perebut gelar juara, suatu hal yg diidam-idamkan karena sudah 20 tahun lebih Liverpool tak meraihnya. Nada optimisme dari supporter coba diredam oleh Rodgers yang selalu bilang kalau Liverpool tak pernah memikirkan gelar juara, hanya liga chmapions saja. Tapi dari penampilan klub sampai sekarang, siapa yg meragukan kemampuan Liverpool untuk jadi juara? Saya ingat saat Liverpool mengalahkan MU 0-3 di Old Trafford, komentatornya bilang “ Title Contender? Now you better believe” Harapan memang selalu ada tapi skuad Liverpool selalu bilang hanya focus ke laga berikutnya, karena nanti mereka masih akan melawan City dan Chelsea di Anfield, 2 pesain terkuat saat ini dalam merebut gelar. Tapi tak ada yang tak mungkin, mungkin nanti ada Miracle lain setelah Miracle of Istanbul.


Now, You Better Believe! #YNWA  

Sunday, 2 February 2014

Sabar, Moyes Butuh Waktu

Manchester United tim medioker ? Kalau diliat dari sejarah dan performa mereka selama ini (sebelum musim ini) berlangsung, pasti banyak yang tak menyetujui jika julukan ini disematkan untuk tim yang baru saja merengkh titel Liga Inggris ke 20, sekaligus menjadikan Sir Alex Ferguson sebagai manajer tersukses di Liga Inggris. Lepas dari kontroversi yang dia hasilkan, tak bisa dipungkiri bahwa dia adalah manajer yang hebat yang siapa yang akan menebak 18 gelar liga Inggris yang dipegang oleh Liverpool akan di salip oleh MU bahkan unggul sampai 2 gelar.

Tapi di musim ini, di bawah kendali “The Chosen One”, David Moyes, mereka tampil bak tim medioker, yang bertarung untuk memperebutkan papan tengah Liga Inggris. Ya dan tentu saja bisa anda tebak, dengan hasil seperti ini banyak sekali fans MU yang meminta agar Moyes dipecat sesegera mungkin. Mereka lupa bahwa ini adalah musim pertama Moyes mengambil alih kendali dari sang bos besar Fergie. Mereka lupa bahwa setiap tim manapun pasti butuh adaptasi dengan pelatih baru. Mungkin kasus ini bisa disamakan dengan Liverpool yang musim lalu mendarat di posisi ke 7 di musim pertama Brendan Rodgers.

Kecewa? Pasti banyak fans MU yang kecewa dengan hasil yang diperoleh MU sejauh ini. Dan rata-rata mereka adalah fans baru yang memang tak biasa melihat MU untuk kalah karena selalu terbuai dengan kesuksesan dari tangan dingin Ferguson. Mereka lupa, di awal karir sang bos di MU, dia pun butuh waktu 4 tahun untuk mendapatkan gelar pertamanya, setelah itu dia tak terbendung lagi, menghancurkan dominasi Liverpool yang puluhan tahun merajai Liga Inggris.

Tapi zaman sekarang, dimana kesabaran itu hal yang mahal, dimana banyak pemilik asing di klub-klub  Inggris (MU pun memiliki Glazer yang asal Amerika) yang hanya berorientasi tentang bisnis sehingga mereka menginginkan kesuksesan instan seperti halnya Chelsea yang sudah memecat pelatihnya berkali-kali tapi memang membuahkan hasil dengan berhasil meraih gelar. Dan para fans tim lain pun semakin menjadi-jadi melihat keberhasilan Chelsea yang walaupun memecat pelatih berkali-kali dan malah berhasil menggapai kesuksesan.

Untuk fans MU, banyak-banyaklah belajar dari fans Liverpool dan Arsenalm terutama dengan Arsenal yang walaupun tak pernah mendapat gelar apapun selama 9 tahun, tapi mereka tetap sabar untuk mendukung Arsenal di bawah kendali Opa Wenger yang notabene menggantikan posisi Fergie sebagai manajer terlama di Liga Inggris. Jangan hanya gara-gara MU kalah terus-terusan malah pindah klub lain, itu karbitan, konyol.

Moyes butuh waktu untuk membangun fondasi baru MU sesuai dengan yang ia inginkan. Memang mungkin ia membuat blunder di awal musim dengan mendatangkan Fellaini dengan transfer yang lumayan “waw” tapi malah jeblok dan kalah bersaing dengan pemain-pemain lama MU lainya, bahkan kalah performanya dengan si gaek Giggs. Tapi sekali lagi, Moyes butuh waktu, ia bukanlah orang pintar dengan taktik jenius seperti Guardiola. Ia hanya mantan pelatih Everton yang notabene hanyalah tim papan tengah di Inggris. Berbeda dengan di Everton yang tekananya tidak terlalu besar karena mereka hanya dituntut untuk finish setinggi mungkin dan terhindar dari papan bawah, MU adalah tim papan atas yang juga selalu punya tuntutan besar untuk selalu meraih gelar setiap musim. Di Everton, Moyes hanya punya dana sedikit untuk membangun tim tapi ia bisa bertahan lama disana karena memang dia berhasil untuk membawa Everton tak berada di papan bawah, bahkan berhasil menembus zona champion di musim 2004/2005. Di MU, dengan dana melimpah ia bisa dengan seenak udel untuk membongkar pasang tim sebenarnya. Tapi ia tak punya banyak waktu saat musim panas tahun lalu. Incaranya, Thiago Alcantara dan Cesc Fabregas yang diproyeksikan untuk menggantikan posisi sang leader lini tengah, Paul Scholes tak bisa didapat karena Thiago memilih pindah ke Muenchen dan Fabregas memilih bertahan dan saya yakin tak akan mau pindah ke MU karena cintanya untuk Arsenal.
Alhasil ia pun “hanya” mendapat mantan pemainya di Everton, Fellaini yang didatangkan dengan ekspektasi besar ternyata malah nol.

Tapi beruntunglah Moyes karena berhasil mendapatkan Juan Mata yang secara mengejutkan dilepas oleh Chelsea. Tapi dengan datangnya Mata, bukan berarti masalah selesai. Penumpukan pemain di posisi Mata terlalu banyak. Sejujurnya MU lebih butuh gelandang, seorang maker yang bisa mengontrol pertandingan layaknya Scholes.

Langkah awal merevolusi MU sudah mulai terlihat dengan dibuangnya Anderson, Fabio dan Zaha. Pemain itu memang tak terlalu dibutuhkan dan jarang sekali dimainkan oleh Moyes. Di musim depan pun sepertinya akan ada eksodus di MU. Tentara tua peninggalan Fergie seperti Ferdinand, Vidic, Evra, Nani dan pemain lainya yang mulai menua dan tak terpakai sepertinya akan pergi meninggalkan Old Trafford.

Jadi sebaiknya jika kalian memang mecintai MU, benar-benar fans MU, dukung mereka, dukung Moyes jangan cengeng sedikit-sedikit memaki minta Moyes dipecat.
Revolusi butuh waktu dan Moyes butuh waktu entah cepat atau lambat, MU pasti akan bangkit kembali dan jadi macan ganas kembali. Jangan pernah jadi karbit karena itu hanyalah untuk supporter dengan mental tempe yang labil.


Kesabaran memang terbatas, tapi pasti akan menhasilkan sesuatu yang baik nantinya, jadi bersabarlah fans Manchester United!

Saturday, 4 January 2014

Andai Saya Erick Thohir

Tahun 2013, dunia persepakbolaan Indonesia dan juga dunia dikejutkan oleh keinginan dari seorang pengusaha Indonesia yang berniat untuk mengakusisi klub dari kota mode di Italia, Inter Milan.
Di awalnya, banyak orang memandang skeptis, "siapa sih orang ini? Dia dari Indonesia?" Dia agak dianggap remeh karena memang jika dibandingkan dengan Italia yang negara maju, Indonesia hanyalah negara berkembang yang prestasi sepakbolanya hanyalah sekecil kuku jika dibandingan dengan Italia.
Tapi, Erick Tohir berhasil menjungkirbalikan pendapat orang-orang tersebut, ia berhasil membeli Inter Milan dari tangan sang presiden legendaris, Masimmo Moratti dan Thohir pun sah menjadi orang Indonesia pertama yang menjadi presiden klub di Italia, bukan klub ecek-ecek, tapi klub yang telah dikenal di seantero jagad.

Di sini, saya tidak ingin membahas tentang Inter Milan atau ambisi dari seorang Thohir yang saya pikir agak gila walau jujur saya bangga bisa melihat orang Indonesia mempunyai klub besar di Eropa, sesuatu yang tak lazim sebenarnya.
Saya ingin fokuskan kepada satu pertanyaan, kenapa Erick Thohir tidak menginvestasikan dananya di Liga Indonesia? Setau saya memang dia termasuk dalam salah satu jajaran manajemen dari Persib Bandung, tapi jika ia bisa bersaing dan akhirnya mendapatkan Inter Milan, tentu uang yang ia punya sangat banyak yang bisa digunakan untuk membangun sepakbola di Indonesia.
Saya rasa, pembelian Inter Milan ini adalah salah satu ambisi dari seorang Erick Thohir untuk meningkatkan nama Indonesia di mata dunia dan juga ibaratkan adalah keinginan dari hati untuk memiliki sebuah klub di Eropa yang memang sangat terkenal. Saya juga merasakan dan bermimpi bisa mempunyai klub yang saya favoritkan dan mengelolanya, mimpi bebas lho.

Jika saya adalah seorang Erick Thohir, saya tidak akan membeli Inter Milan. "Lho kenapa mas? Kan keren?" Saya lebih memilih untuk membeli salah satu klub di Indonesia dan mulai membangunya secara perlahan. Mungkin Erick Thohir bisa membeli Persib Bandung, membeli stadion GBLA agar dikelola oleh jajaran manajemen dari Persib Bandung sendiri dan lepas dari tangan pemkot. Dengan uangnya, tak sulit untuk Thohir untuk membangun pusat pelatihan yang canggih, pelatihan untuk pemain muda yang mumpuni yang tentu saja tak hanya bermanfaat bagi Persib, tapi juga untuk timnas Indonesia ke depanya.

Saya baru saja membaca artikel di Goal.com, wawancara dengan Direktur Kompetisi J-League (Liga Jepang). Saya pernah dengar bahwa dulu Jepang malah belajar pengelolaan kompetisi dari Indonesia saat era Galatama, tapi kita telah tertinggal jauh sekarang.
Di dalam wawancara tersebut, sang Direktur ini  bilang bahwa potensi sepakbola di Indonesia (khususnya tingkat ASEAN0 itu tidak kalah dengan negara asia lainya. Bahkan macan ASEAN, Thailand, dulu perna mengalahkan Jepang 5-2. Saya juga ingat perkataan seorang legenda Indonesia "Jepang, Korea, China lewat semua,kita babat habis!" Ya, kebanggaan masa lalu.
Potensi sepabloa ASEAN, itu sangat berpotensi untuk menjadi lebih baik  lagi, asalkan dikelola secara profesional dan pelan-pelan.
Jepang tidak medapatkan hasil yang didapatnya sekarang secara instan, bahkan J-League secara resmi dimulai tahun 1991, agak terlambat, tapi lihat di PD 2002 mereka berhasil menyingkirkan Italia dan secara kontinu selalu masuk di Piala Dunia. Si direktur sendiri juga bilang bahwa sebenarnya pengusaha di ASEAN itu banyak tapi mereka lebih banyak  menginvestasikan uangnya di luar negeri.
Saat dia ditanya pendapat tentang Thohir dia menjawab "Jika pengusaha seperti Thohir berinvestasi di negeri mereka sendiri, mereka bisa mencapai raihan tertinggi yang, bahkan tak bisa dilakukan klub-klub Jepang."

Jika saja pengusaha-pengusaha kaya di Indonesia berani menginvestasikan uangnya di Indonesia, saya cukup yakin sepakbola akan berkembang pesat di sini. Saya pun punya mimpi jika saya menjadi pengusaha sukses di masa yang akan datang, saya ingin membeli Persija Jakarta, klub favorit saya sejak kecil dan mengelolanya dengan profesional, mimpi sabeb kakak.

Memang kendala yang juga pasti di pikir oleh Thohir jika ingin membeli klub Indonesia adalah faktor kurang becusnya pejabat kalangan atas, judi marak dan potensi kerusuhan yang suka sering terjadi yang tentu saja merugikan klub dan yang penting adalah potensi bisnis yang tak terlalu meguntungkan, makanya Thohir lebih memilih untuk menginvestasikan uangnya di Inter, yang notabene fanbasenya da di seluruh dunia sehingga potensi bisnis yang tinggi.

Semoga kelak akan ada pengusah Indonesia yang berani untuk mengambil resiko di Indones, bukan hanya demi kepentingan klub tapi demi kebaikan Indonesia ke depanya, amin.

Mendaki Gunung, Kepuasan yang Tak Tertandingi

Sekarang, setelah booming film 5cm yang menceritakan tentang persahabatan yg berakhirnya dengan menaiki gunung Semeru, semua orang seakan terhipnotis untuk naik gunung.
Padahal dulu mereka tak akan pernah membayangkan untuk naik gunung, memang film adalah media untuk menghipnotis yang ampuh.

Memang saya akui, setelah baca novel 5cm, secara tak sadar kita pun punya keinginan untuk menaiki Gunung Semeru, sang dewa Jawa, tertinggi di pulau Jawa. Tapi konyolnya, banyak pendaki pemula yang belum pernah mendaki gunung dan setelah terhipnotis film itu, langsung menargetkan untuk naik ke Gunung Semeru, konyol.

Naik gunung, yah saya juga salah satu pendaki, salah satu pencinta alam. Sayang hasrat saya baru bisa terwujud saat di Universitas, padahal saya sudah punya keinginan sejak kecil karena ayah saya juga tergabung di kampusnya saat beliau masih menjadi mahasiswa. Dan uniknya, beliau belum pernah mendaki Semeru walau sudah berhasil mencapai puncak Rinjani.

Apa sih sebenarnya yang membuat mendaki gunung itu menarik? Saya harus jujur bahwa naik gunung itu melelahkan, menguras tenaga, menguras duit dan mempertaruhkan tenaga. Tapi........
Jika kalian menyukai pemandanga alam yang alami, kalian pasti ketagihan jika sudah mendaki gunung. Dan keinginan untuk mendaki gunung akan kembali muncul lagi dan lagi.
Kelelahan saat mendaki gunung dalam sekejap akan hilang setelah kita mencapai puncak. 
Rasa puas, bangga dan lelah melebur menjadi satu setelah kita berhasil menggapai puncaknya. Melihat pemandangan dari atas puncak adalah pengalaman yang membahagiakan, suatu pengalaman yang akan menjadi salah satu yang berkesan .

Nyawa, ya nyawa. Sudah berapa banyak nyawa yang pulang ke pangkuan yang kuasa saat mereka berusaha untuk menggapai puncak. Ada beberapa yang memang karena faktor alam seperti Soe Hok Gie yang wafat di saat pendakian ke Semeru karena menghirup gas beracun. Tapi banyak juga yang wafat karena seperti meremehkan gunung. Membawa perbekalan, peralatan seadanya saja padahal seharusnya mereka sudah harus mengetahui bawaan apa saja yang harus dibawa saat mendaki gunung. Cuaca yang tak bisa ditebak saat kita mendaki juga menjadi salah satu pertimbangan apa yang harus kita bawa saat mendaki gunung. Ada yang meninggal karena kedinginan, saat dicek dia tidak membawa sleeping bag, kan konyol.
Memang saya sering melihat orang-ornag yang hanya bermodalkan jaket, kupluk, celana panjang, sarung dan rokok saja, tapi mereka biasanya adalah orang-orang yang memang sudah terbiasa mendaki gunung jadi jangan disamakan dengan kita yang masih pemula. Kitya mendaki gunung untuk mencari kepuasan, melihat keindahan alam, bukan untuk mati konyol !

Seperti kata orang-orang, Indonesia itu indah, masih aja gak kemana-mana ? Masih aja main di Mall?
Kebanyakan orang hanya ingin cepat sampai ke puncak tanpa ingin berjuang untuk mencapai puncak karena mereka hanya ingin foto-foto diatas puncak. Kenikmatan mendaki gunung sesungguhnya adalah ketika kalian berusaha dari bawah untuk mencapai puncak dan saat kalian di puncak kalian akan merasakan sendiri bagaimana puasnya kalian setelah berjuang dan hasilnya adalah keindahan alam yang tak tertandingi.

Mendaki adalah olahraga mahal, mempertaruhkan nyawa, tapi asal kita percaya pada Tuhan masing-masingh dan telah mempersiapkan semuanya dengan baik, percayalah tidak akan terjadi apa-apa selain kepuasan yang tak terlupakan.

Saya coba kasih foto-foto saya saat naik gunung, kali jadi candu hahaha.

-Gunung Ciremai










- Gunung Guntur








Wednesday, 1 January 2014

2014, Tahun Politik Telah Datang!

Selamat datang tahun 2014! Tahun dimana semua hal akan dimulai kembali dari awal.
Harapan? Pasti selalu ada harapan yang diinginkan di tahun baru ini. Lebih baik dan blablablabla omong kosong tetek bengek lainya selalu menjadi harapan yang biasa di tulis oleh orang-orang entah di media sosial atau di tempat lain yang bisa jadi tempat mereka untuk mengungkapkan harapan mereka tersebut.

Yap 2014. Tahun politik, tahun para pecinta sepakbola. Tahun ini adalah tahun dimana kita akan disuguhi 2 even besar di Indonesia dan juga di dunia. Pemilu Presiden untuk menggantikan Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang telah menjadi ujung tombak negara kita selama 2 periode dan yang telah kita nanti-nantikan Piala Dunia 2014 (yah Indonesia lagi-lagi hanya jadi penonton saja).

2014, tahun politik, Pemilu Presiden. Ini adalah saat-saat menentukan untuk seluruh rakyat Indonesia. Mungkin akan ada yg skeptis "ah sudahlah presidenya siapapun nasibku tetap begini saja." Tapi bagi saya, dengan pemilihan Presiden ini, menentukan akan dibawa kemana Indonesia selanjutnya setelah pemerintahan SBY.
Apakah Presiden berikutnya akan melanjutkan kinerja Presiden SBY yang mungkin di mata sebagian orang memang agak lamban (tapi kalau menurut saya, kalau SBY dinilai kurang kinerjanya gak mungkin dia terpilih sebagai presiden selama 2 periode) atau menjadi Presiden dengan kualitas yang lebih baik lagi? Who knows?

Calon-calon yang muncul yah sama seperti pemilu periode lalu, itu lagi-itu lagi.
Sang capres abadi, Prabowo dan Wiranto kembali muncul untuk mencoba peruntungan apakah berhasil menjadi Presiden atau malah tetap setia menjadi capres abadi Indonesia selamanya.

Sang mantan Presiden wanita pertama Indonesia, Megawati Soekarnoputri dikabarkan masih berminat untuk kembali mengikuti pilpres, mungkin ia masih penasaran untuk memimpin negara ini.

BOSAN, melihat calon presiden masih dari itu-itu saja. Tidak ada refreshing pimpinan sama sekali. Kalau menurut saya yang konyol ialah pencalonan Aburizal Bakrie sebagai presiden untuk periode berikutynya dari salah satu partai terbesar di Indonesia, Golkar. Apakah dia tak berpikir bahwa masih banyak korban Lapindo yang menunggu janji darinya untuk mengganti rugi semua kerugian masyarakat yang menderita karena terkena dampak Lapindo? Saya jujur merasa prihatin dengan partai kuning tersebut yang masih mau mencalonkan Ical, panggilan untuk Aburizal Bakrie, dimana dia masih dalam masalah Lapindo tersebut. Saya tau dengan kapasitasnya sebagai ketua umum Partai Golkar, dia berhak untuk dicalonkan sebagai capres. Dengan dukungan dana melimpah dari Ical yang juga salah satu pengusaha terkaya di Indonesia sebenarnya sah-sah saja jika dia mencalonkan diri sebagai presiden. Tapi sejujurnya dia seharusnya sadar diri dan malu (kalau saya sih begitu) dia berani mencalonkan diri sebagi Presiden tapi masih ada Lapindo yang belum terselesaikan, MIRIS.

Patut diperhatikan melihat tokoh baru yang muncul. Salah satu fenomena di Indonesia, sang mantan walikota Solo yang sekarang berkuasa sebagai Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo atau biasa dipanggil sebagai
Jokowi yang digadang-gadang akan menjadi calon presiden yang terkuat jika ia turun dalam pemilu.
Jokowi jika diajak untuk berbicara tentang kemungkinan untuk menjadi presiden akan selalu mengelak dan berkata ingin konsentrasi untuk mengurus Jakarta yang baru saja dipimpinya. Saya akui fenomena Jokowi benar-benar meledak di Indonesia sehingga dalam jajak pendapat capres, dia selalu menempati tempat tertinggi. Jokowi, si gubernur gaul penyuka band metallica, kalau menurut saya dia hanya menunggu perintah dari atasanya, Megawati. Jika Mega memerintahkanya untuk turun dalam pemilu, maka ia akan manut-manut untuk bertarung di pemilu presiden walau banyak orang Jakarta dan saya tentunya tak menghendaki itu. Saya dan segenap warga Jakarta menghendakinya untuk membereska Jakarta terlebih dahulu, dengan progres yang baik saya yakin saat selesainya periode kepemimpinanya di Jakarta nanti, Jakarta sudah mendekati sempurna walau memang kemacetan dan banjir adalah musuh utama, musuh besar bagi seluruh orang.

Fenomena baru yang juga turut saya setujui untuk bertarung di pilpres nanti adalah Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan. Mencoba untuk berjudi dengan mengikuti konvensi Partai Demokrat. Apasih konvensi itu? Yaitu penyaringan bakal calon presiden yang diadakan Partai Demokrat untuk mencari bibit-bibit pemimpin yang akan dicalonkan untuk menjadi Presiden. Dengan tidak diperbolehkanya SBY, si pengeruk suara untuk turun di pemilu, maka Demokrat mencari cara agar bisa memenangkan pemilu tersebut. Bahkan ada wacana SBY jadi cawapres, tapi yah kita tak tau akan seperti apa nanti.
Oke balik ke Bang Anies, dia tokoh muda. Akademisi dari salah satu Universitas yang baik, tapi apakah bisa ia bertarung di pilpres. Jangankan di pilpres, di konvensi pun akan susah karena sainganya Dahlan Iskan, si menteri BUMN yang terdengar kemana-mana. Sedangkan Anies untuk sebagian orang malah baru terdengar sekarang. Dia membuat apa yang disebut dengan #AyoTurunTangan yang bertujuan untuk mengajak seluruh masyaratak untuk turun tangan membereskan masalah di Indonesia ini.

Sebenarnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mencalonkan diri sebagai capres tapi saya tak terlalu tertarik untuk membahasnya seperti Raja Dangdut Rhoma Irama, Mahfud, Jusuf Kalla dan lain-lain.
Waktu untuk pemilu masih lama, lebih baik kita perhatikan para calon tersebut, bagaimana sikap mereka dan pada akhirnya kita tentukan nasib mereka dengan memilih salah satu dari mereka yang memang sesuai dengan hati anda dan anda yakin dia akan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik, amin.